Beberapa tahun lalu, Mc Donalds
mengumumkan akan mengganti wadah styrofoam dengan kertas. Para ahli
lingkungan menyebutkan keputusan itu sebagai ”kemenangan lingkungan”
karena styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Keputusan ini menyusul hal serupa oleh perusahaan-perusahaan makanan
siap saji lainnya.
Namun bukan berati styrofoam (polystyrene)
jadi berkurang dan hilang. Malahan di Indonesia, penggunaan styrofoam
sebagai wadah makanan makin menjamur. Sangat mudah menemukannya
dimana-mana. Mulai dari restoran cepat sampai ketukang-tukang makanan di
pinggir jalan, menggunakan bahan ini untuk membungkus makanan mereka.
Alasannya, ingin praktis dan tampil lebih baik. Padahal di balik kemasan
yang terlihat bersih itu ada bahaya besar yang mengancam.
Dalam industri, styrofoam sebenarnya
hanya digunakan sebagai bahan insulasi. Bahan ini memang bisa menahan
suhu, sehingga benda didalamnya tetap dingin atau hangat lebih lama dari
pada kertas atau bahan lainnya. Karena bisa menahan suhu itulah,
akhirnya banyak yang ’salah kaprah’ menggunakannya sebagai gelas minuman
dan wadah makanan.
Berbahaya Bagi Kesehatan
Mengapa styrofoam berbahaya? Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diprosese dengan menggunakan benzana (alias benzene). Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Mengapa styrofoam berbahaya? Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diprosese dengan menggunakan benzana (alias benzene). Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada
kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan
kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi
gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan
bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan,
dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum
tulang belakang. Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan
timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang
sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk
terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling
berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Beberapa lembaga dunia seperti World
Health Organization’ s International Agency for Research on Cancer dan
EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan
sebagai bahan karsinogen(bahan yang dapat menyebabkan kanker)
Makin Berlemak Makin Cepat
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Penelitian juga membuktikan, bahwa
semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia
styrofoam ke dalam makanan.
Padahal di restoran-restoran siap saji
dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk
membungkus makanan yang baru masak.. Malahan ada gerai makanan cepat
saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di
dalam microwave. Terbayang’kan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah
ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
Buruk Bagi Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan.
Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Melihat sedemikian besar dampak negatif
bagi kesehatan dan lingkungan, beberapa kota di Amerika seperti Berkeley
dan Ohio telah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan.
Bagaimana dengan kita di Indonesia, masih tetap mau memakai styrofoam??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar