RASULULLAH shallallahu
’alaihi wasallam adalah seorang pemimpin yang ahli strategi perang.
Beliau mengenalkan strategi intelijen sudah 14 abad lalu. Untuk
kepentingan intelijen dan kerahasiaan militer, Nabi menyimpan
rapat-rapat informasi jumlah pasukan ini bahkan kepada istri
tercintanya, Siti Aisyah atau pada shahabat kepercayaannya sendiri, Abu
Bakar Ash-Shidiq.
Dalam sejarah Islam juga tercatat nama
Hudzaifah Ibnul Yaman sebagai salah satu agen intelijen atau spion
andalan Rasulullah dalam menghadapi orang-orang kafir dan munafik yang
ingin memerangi Islam dan Muslim. Oleh Rasulullah, Hudzaifah dinilai
sebagai orang yang bisa dipercaya, memiliki ingatan yang kuat cerdik dan
cerdas dalam mengolah informasi. Hudzaifah juga dikenal sebagai sosok
yang mudah bergaul yang memudahkannya untuk menjalankan operasi telik
sandi.
Salah satu tugas penting yang diemban
Hudzaifah adalah pada saat Perang Khandaq (Perang Parit). Ketika itu,
Rasulullah menugaskan Hudzaifah untuk memata-matai pasukan kafir Quraisy
dari Mekkah yang berkekuatan 10.000 ribu orang, ditambah bantuan
kekuatan dari orang-orang Yahudi. Mereka berencana untuk menyerang kota
Madinah yang hanya memiliki kekuatan 3.000 orang pasukan perang.
....Rasulullah sudah mengenalkan strategi intelijen 14 abad lalu. Untuk kepentingan intelijen dan kerahasiaan militer, beliau menyimpan rapat-rapat informasi jumlah pasukan ini bahkan kepada istri tercintanya maupun shahabat kepercayaannya….
Saat melakukan pembebasan negeri Mekkah
dari suku Quraisy, Nabi Muhammad, ketika itu berencana akan mengerahkan
10.000 pasukan tentara Muslim. Untuk melakukan ‘serangan dadakan’,
Rasulullah mengirim intelijennya ke Mekah. Tugasnya adalah mengacaukan
informasi pada musuh agar mereka berselisih ihwal benar atau tidaknya
pasukan Islam yang berencana melakukan serangan dadakan dengan jumlahnya
yang besar.
Esoknya, dalam penyerangan mendadak itu
kau kafir Quraisy benar-benar kelabakan. Mereka tak menyangka di pagi
hari buta itu, telah datang puluhan ribu orang dari pasukan Islam di
kota Mekah. Tanpa persiapan, mereka kemudian menyerah. Rasulullah paham,
orang Quraisy tak akan melakukan perlawanan. Sebab di tangannya,
Rasulullah telah menguasai informasi kekuatan musuh, situasi yang bakal
terjadi, hingga informasi logistik, menyangkut keadaan jalan-jalan yang
akan dilalui pasukan Islam dan kondisi mata air. Detil, rapi dan
rahasia. Itulah strategi Muhammad dalam menjalankan perang dan
intelijen.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai
mata-mata, Hudzaifah juga sangat hati-hati dan tidak bersikap yang bisa
menimbulkan kecurigaan. Hudzaifah juga sangat kuat memegang teguh
kepercayaan yang telah diberikan Rasulullah kepadanya untuk memegang
daftar orang-orang munafik. Bahkan ketika shahabat Rasulullah, Umar bin
Khattab menanyakan perihal daftar nama itu, Hudzaifah menolak
memberikannya.
Untuk mengetahui siapa orang-orang yang
masuk daftar orang munafik itu, Umar hanya bisa mengamati jika ada
rakyatnya yang meninggal dan Hudzaifah tidak menyolatkannya, maka orang
itulah orang munafik itu.
....Seorang shahabat Abdullah bin Unis juga pernah dikirim Rasulullah menyusup ke jantung pasukan musuh....
Seorang shahabat Abdullah bin Unis juga
pernah dikirim Rasulullah menyusup ke jantung pasukan musuh. Sasaran
utama misi itu adalah Bani Lihyaan dari Kabilah Huzail yang dipimpin
oleh panglima mereka, Khalid bin Sofyan Al-Hazaly.
Misi ini dilakukan karena umat Islam
mendapatkan kabar bahwa Khalid bin Sofyan Al-Hazaly tengah berupaya
mengadakan pemusatan kekuatan pasukan gabungan kaum kafir yang cukup
besar di daerah Uranah untuk menyerang Islam. Karena itu, Rasulullah
mengirim Abdullah bin Unis untuk melakukan misi pengintaian sekaligus
penyelidikan untuk membenarkan kabar berita tersebut.
Shahabat Nabi yang lain, yang ditugaskan
melakukan operasi intelijen adalah Abdullah bin Jahsy Al-Asady. Bulan
Jumadil Akhir 1424, Abdullah bin Jahsy Al-Asady, beserta dua belas
shahabat dari kalangan muhajirin, diantaranya: Sa’ad bin Abi Waqqash dan
’Utbah bin Ghazwan. Rasulullah memberinya sebuah surat yang boleh
dibaca jika perjalanan mereka sudah mencapai dua hari.
Setelah dua hari dalam perjalanan, sang
komandan, Abdullah bin Jahsy kemudian membuka isi surat tersebut.
Isinya, tak lain adalah sebuah perintah untuk memata-matai musuh:
”Berangkatlah menuju Nikhlah, antara Mekkah dan Tha’if. Intailah keadaan
orang orang Quraisy di sana dan laporkan kepada kami keadaan mereka.”
Selepas membaca surat itu, Abdullah bin Jahsy dan para rombongan
kemudian berujar, ”Kutaati perintah ini!”
....Dalam misi intelijen Rasulullah juga pernah melakukan propaganda untuk memperlemah kekuatan musuhnya....
Dalam misi intelijen Rasulullah juga
pernah melakukan propaganda untuk memperlemah kekuatan musuhnya. Dalam
kisah, pernah suatu ketika kekuatan musuh gabungan porak-poranda dan
bercerai-berai akibat tidak adanya kekompakan diantara mereka akibat
propaganda yang dilancarkan Nu’aim bin Mas’ud Al-Ghathafany, mantan
musuh yang kemudian bergabung ke pasukan Islam. Nu’aim melakukan psyco war (perang urat syarat) dan propaganda yang membuat kekuatan musuh goyah dan bercerai-berai. [desastian/voa-islam.com]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar