Rabu, 02 Februari 2011

Iman dan Islam

Tidak syak, terdapat perbedaan mencolok antara muslim dan mukmin, atau Islam dan Iman. Iman adalah perkataan dan perbuatan (amal): Perkataan adalah perkataan hati dan lisan, sedangkan amal adalah amalan hati dan anggota badan. Sementara makna Islam, maksudnya berserah diri, tunduk dan patuh kepada ketetapan-Nya.
Allah 'Azza wa Jalla berfirman,
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آَمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُم
Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. . .” (QS. Al-Hujurat: 14)
Karena itu para ulama menafsirkan Iman sebagai amal batin, sedangkan Islam sebagai amal zhahir. Karena iman pada dasarnya adalah pembenaran dangan hati terhadap apa yang diyakini dan dipercaya. Sementara asal makna Islam adalah ketundukan dan kepatuhan yang menuntut kerja dengan anggota badan.
Maka seorang muslim adalah orang yang tunduk menyerah kepada perintah Allah dan mematuhi-Nya. Dia akan tunduk dan mentaati Allah dengan suka rela atau terpaksa tanpa membeda-bedakan satu perintah dengan perintah yang lain. Apabila Allah memerintahkan satu perintah, maka dia segera melaksanakannya. Dan apabila melarang sesuatu dalam Islam, maka dia meninggalkan dan menjauhinya. Dia meyakini bahwa perintah Allah hanya berisi maslahat semata, sedangkan yang dilarang-Nya hanya berisi mafsadat (kerusakan). Maka kapan saja dia mendengar ada ketaatan kepada Allah dalam satu masalah, segera dia melaksanakannya karena cinta kepada perintah tersebut, sangat agresif dan penuh semangat, seolah-olah dia sendiri yang menghendaki tanpa ada paksaan. Seperti inilah seharusnya seorang muslim.
Seorang muslim adalah orang yang tunduk menyerah kepada perintah Allah dan mematuhi-Nya. Dia akan tunduk dan mentaati Allah dengan suka rela atau terpaksa tanpa membeda-bedakan satu perintah dengan perintah yang lain.
Pada banyak kesempatan, syariat menggunakan kata ‘Islam’ untuk menjelaskan maksud Iman. Seperti dalam hadits Jibril 'alaihis salam yang sangat masyhur itu, beliau shallallahu 'alaihi wasallam membedakan antara keduanya ketika Jibril bertanya kepadanya, “Ya Rasulallah, beritahukan kepadaku tentang Iman!”. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, dan hari akhir, juga engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.”
Jibril 'alaihis salam bertanya lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Islam!.” Beliau menjawab, “Hendaknya engkau bersaksi tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, dan berhaji ke Baitullah jika engkau mampu.”
Dalam hadits tersebut, beliau menafsirkan iman dengan amal batin. Itu menunjukkan bahwa iman pada dasarnya adalah keyakinan atau amalan hati. Lalu beliau menafsirkan Islam dengan amal zhahir, karena ikrar dua kalimat syahadat walaupun hanya ucapan saja, tapi dia amal yang nampak dan terlihat pengaruhnya berupa ibadah kepada Allah semata dan mentaatinya. Shalat juga perkara zhahir yang dapat disaksikan, begitu juga shaum. Sementara zakat, memberikannya juga merupakan perkara zhahir. Begitu juga haji, pelaksanaannya terlihat dan nampak.
Walaupun begitu, ada juga hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang menjelaskan iman dengan makna Islam. Misalnya dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang utusan Abdil Qais, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Aku perintahkan kepada kalian empat perkara: Aku perintahkan kalian untuk beriman kepada Allah. Tahukan kalian apa itu iman kepada Allah? Yaitu bersyahadat bahwa tiada tuhan (yang hak) kecuali hanya Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kalian mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyerahkan seperlima dari harta ghanimah.” Beliau menyebut semua ini sebagai iman yang disebutkan di dalamnya dua kalimat syahdat, shalat dan zakat. Berarti dalam hal ini, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menafsirkan iman dengan penafsiran Islam.
Kesimpulannya, bahwa Islam ditafsirkan secara global berarti amal zhahir: dua kalimat syahadat, shalat, zakat, shaum, dan haji. Semua amal-amal zhahir lainnya Masuk di dalamnya. Sementara rukun Islam yang lima menduduki semacam kerangka dasar yang bangunan Islam berdiri tegak di atasnya, tidak sempurna Islam kecuali dengan kelimanya.
Sedangkan iman adalah perkataan, perbuatan, dan i’tiqad (keyakinan). Perkataan hati dan lisan, amalan hati dan anggota badan. Ucapan dengan lisan, antara lain dzikir, membaca Al-Qur’an, berdoa, menyuruh kepada kebaikan dan mendakwahkannya, melarang keburukan dan memperingatkannya, mengajar dan menasihati orang sesat, mengucapkan salam dan menjawabnya, serta yang semisalnya. Sedangkan amalan, masuk di dalamnya amalan hati dan amalan anggota badan. Amalan hati: Mencintai dan membenci karena Allah, ridha terhadap takdir-Nya, bersabar atas ujian dari-Nya, takut dan berharap kepada-Nya, bertawakkal dan bertaubat kepada-Nya, dan amal-amal semisalnya. Semua itu disebut amal hati. Sedangkan amal anggota badan: ruku’, sujud, berdiri dan duduk shalat, thawaf, berjihad, haji, dan semisalnya. [PurWD/voa-islam.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar