Berikut ini cuplikan kisah dari seorang ayah yang begitu mampu menggambarkan kebahagiannya mendapatkan istri yang shalihah..
semoga diriku pun bisa menjadi istri sholehah, yang bisa membuat Dirinya bersyukur atas adanya diriku disampingnya.. amin.
"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri shalehah." (HR Muslim dan Ibnu Majah)
Seorangayah.wp.com, Udara dhuha itu begitu cerah, secerah wajah seorang suami yang sedang berbunga-bunga. Sesaat setelah dhuha, dia duduk di meja kantornya, menghadapai komputer yang tetap setia menemani. Sesekali wajahnya di tengok-kan ke sebelah kiri ke jendela, memandang arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, “Ehm…masih lancar gumamnya”. Sambil memandang ke Jalan Gatot Subroto dari lantai 11, fikirannya hanya terbayang wajah cantik sang kekasih hati, bidadarinya, yang sudah hampir tiga tahun ini, setia menemani dalam suka dan duka.
Seorang sahabat menepuk pundaknya, “Kok senyam-senyum sendiri?” sambil mendekat duduk kepada pemuda yang berstatus ayah muda itu. “Iya, sedang memikirkan kekasih hati”, jawabnya sambil tetap senyam-senyum sambil menatap jalanan Gatot Subroto yang perlahan padat merayap.
“Adakah yang kau pikirkan dengan kekasih hatimu itu?” Tanya rekan kerja yang memang sejak awal masuk sudah menjadi teman ngobrolnya itu. “Iya, saya sedang berfikir, apakah istri saya itu istri shalihah?” curhatnya sambil memindahkan arah pandangan ke arah kuningan, dan yang tampak hanyalah barisan gedung Wisma Karya, RNI dan gedung lainnya. “Memangnya istri kamu kenapa?” sahabatnya bertanya dengan intonasi menyelidik, dan memang karena mereka sudah seperti saudara, maka perbincangan-pun berlanjut.
Istriku itu…
Jika ia lebih awal bangun dan itu belum waktu shalat Shubuh, biasanya ia membangunkanku dengan lembut, tangannya yang halus, mungil serta putih itu menyentuhku perlahan, dan ketika ku buka mata ini, tampaklah wajah cantik nan ayu sudah tersenyum manis. Dan terucaplah kata-kata lembutnya : “Sholat Tahajud Yuuk”, sambil memberi “sun” saya langsung bergegas menuju tempat wudhu, sesampainya di kamar, bidadari manisku itu sedang menunggu untuk shalat bersama. Dengan balutan mukena yang bercorak border pink dengan warna dominant putih, wajah putihnya kian cantik dan begitu sejuk di pandang, “Ya Allah…jadikanlah wanita ini menjadi penghulu para bidadari di Syurga nanti” do’aku dalam hati.
Istriku itu…
Selalu saja mengingatkanku untuk jangan lupa sarapan, terutama dengan menu wajib nasi, dan tahukah sahabat…sejak menikah sampai hari ini, kebiasaan makan pagi/sarapan dengan nasi menjadi sebuah kewajiban bagiku darinya, dan tentunya, setiap sajian yang kekasihku berikan, selalu saja ku santap dengan lahap…
Dan setiap pagi, selalu saja tersedia nasi putih dengan lauk sederhana di meja makan kami, makasih ya Shalihah…
Istriku itu…
Jika sudah jam pulang, selalu saja “merindukanku” dengan telepon atau sms yang berbunyi “posisi abi di mana?” ehm…suaranya ituloh…seperti memintaku untuk segera pulang dan melihat wajah putihnya yang begitu putih, walaupun dia tidak dandan.
Pernah suatu ketika, saat pulang kantor, hujan deras, jalanan macet di mana-mana dan efek lainnya, bus arah Tangerang yang biasanya saya naiki belum juga datang, menunggu hampir dua jam dan tiba-tiba ada miscal…niiit…niiit suara handphone yang memang sengaja saya setting sebagai tanda bahwa bidadariku menelepon, langsung saja ku telepon balik,
“Assalaamu’alaikum, ada apa shalihah”
“Abi di mana?”
“Masih nunggu mobil, rindu ya? Tadi hujan deras, jadi jalanan macet”
“Abi sudah makan belum?, nanti perutnya sakit loh”, ku lihat jam tangan dan jarum jam menunjukkan pukul 20.30
“Iya, Insya Allah”
Betapa merindunya ia dan begitu juga diriku yang merindukannya.
Istriku itu…
Selalu saja mematuhi setiap apa yang saya minta, tentunya hal-hal kebaikan dong.
Pernah suatu ketika saya bertanya, kenapa jika saya meminta sesuatu -tentunya yang beliau sanggup lakukan dan dalam frame kebaikan- selalu saja di turuti dan dilakukan dengan cepat.
Contohnya adalah tentang masalah anak kami yang pertama.
“Abi, nanti klo bunda kerja, siapa yang jaga Qori?”
“Shalihah…kita mengetahui bahwa abi bekerja, pun jika dititip ke neneknya, neneknya juga bekerja, pilihan terakhir adalah, Qori bunda bawa kerja, bisakan?”
“Iya deh, bismillah”
Dan muncullah ungkapan adik perempuanku soal istriku,
“Subhanallah ya, Bunda Qori, dalam keadaan hamil 8 bulan, saat bekerja masih harus membawa Qori bekerja dengan jarak perjalanan 7 Km (PP jadi 14 Km), naik turun mobil angkot lagi”
Dan saya hanya merespon dengan senyuman dan bersyukur kepada Allah atas karunia Istri Shalihah ini…
Ya Allah…
Mudahkanlah proses kehamilan istriku dan sehatkanlah Ia…
Sehatkanlah ia dan janin yang sedang dikandungnya…
Mudahkanlah proses kelahirannya…
Berilah kesempurnaan fisik, aqal, fikir dan ruhyi anak kedua kami ya Allah…
Mudahkanlah urusan dunia dan akhirat kami ya Allah…
Jadikanlah kami hamba-hambaMu yang Sabar dan Pandai Bersyukur…
Di antara ciri istri shalehah adalah, pertama, melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ''Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.'' (HR Ibnu Majah).
#Seorangayah
#Selatan Jakarta, Lantai 11 Gatot Subroto
semoga diriku pun bisa menjadi istri sholehah, yang bisa membuat Dirinya bersyukur atas adanya diriku disampingnya.. amin.
"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri shalehah." (HR Muslim dan Ibnu Majah)
Seorangayah.wp.com, Udara dhuha itu begitu cerah, secerah wajah seorang suami yang sedang berbunga-bunga. Sesaat setelah dhuha, dia duduk di meja kantornya, menghadapai komputer yang tetap setia menemani. Sesekali wajahnya di tengok-kan ke sebelah kiri ke jendela, memandang arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto, “Ehm…masih lancar gumamnya”. Sambil memandang ke Jalan Gatot Subroto dari lantai 11, fikirannya hanya terbayang wajah cantik sang kekasih hati, bidadarinya, yang sudah hampir tiga tahun ini, setia menemani dalam suka dan duka.
Seorang sahabat menepuk pundaknya, “Kok senyam-senyum sendiri?” sambil mendekat duduk kepada pemuda yang berstatus ayah muda itu. “Iya, sedang memikirkan kekasih hati”, jawabnya sambil tetap senyam-senyum sambil menatap jalanan Gatot Subroto yang perlahan padat merayap.
“Adakah yang kau pikirkan dengan kekasih hatimu itu?” Tanya rekan kerja yang memang sejak awal masuk sudah menjadi teman ngobrolnya itu. “Iya, saya sedang berfikir, apakah istri saya itu istri shalihah?” curhatnya sambil memindahkan arah pandangan ke arah kuningan, dan yang tampak hanyalah barisan gedung Wisma Karya, RNI dan gedung lainnya. “Memangnya istri kamu kenapa?” sahabatnya bertanya dengan intonasi menyelidik, dan memang karena mereka sudah seperti saudara, maka perbincangan-pun berlanjut.
Istriku itu…
Jika ia lebih awal bangun dan itu belum waktu shalat Shubuh, biasanya ia membangunkanku dengan lembut, tangannya yang halus, mungil serta putih itu menyentuhku perlahan, dan ketika ku buka mata ini, tampaklah wajah cantik nan ayu sudah tersenyum manis. Dan terucaplah kata-kata lembutnya : “Sholat Tahajud Yuuk”, sambil memberi “sun” saya langsung bergegas menuju tempat wudhu, sesampainya di kamar, bidadari manisku itu sedang menunggu untuk shalat bersama. Dengan balutan mukena yang bercorak border pink dengan warna dominant putih, wajah putihnya kian cantik dan begitu sejuk di pandang, “Ya Allah…jadikanlah wanita ini menjadi penghulu para bidadari di Syurga nanti” do’aku dalam hati.
Istriku itu…
Selalu saja mengingatkanku untuk jangan lupa sarapan, terutama dengan menu wajib nasi, dan tahukah sahabat…sejak menikah sampai hari ini, kebiasaan makan pagi/sarapan dengan nasi menjadi sebuah kewajiban bagiku darinya, dan tentunya, setiap sajian yang kekasihku berikan, selalu saja ku santap dengan lahap…
Dan setiap pagi, selalu saja tersedia nasi putih dengan lauk sederhana di meja makan kami, makasih ya Shalihah…
Istriku itu…
Jika sudah jam pulang, selalu saja “merindukanku” dengan telepon atau sms yang berbunyi “posisi abi di mana?” ehm…suaranya ituloh…seperti memintaku untuk segera pulang dan melihat wajah putihnya yang begitu putih, walaupun dia tidak dandan.
Pernah suatu ketika, saat pulang kantor, hujan deras, jalanan macet di mana-mana dan efek lainnya, bus arah Tangerang yang biasanya saya naiki belum juga datang, menunggu hampir dua jam dan tiba-tiba ada miscal…niiit…niiit suara handphone yang memang sengaja saya setting sebagai tanda bahwa bidadariku menelepon, langsung saja ku telepon balik,
“Assalaamu’alaikum, ada apa shalihah”
“Abi di mana?”
“Masih nunggu mobil, rindu ya? Tadi hujan deras, jadi jalanan macet”
“Abi sudah makan belum?, nanti perutnya sakit loh”, ku lihat jam tangan dan jarum jam menunjukkan pukul 20.30
“Iya, Insya Allah”
Betapa merindunya ia dan begitu juga diriku yang merindukannya.
Istriku itu…
Selalu saja mematuhi setiap apa yang saya minta, tentunya hal-hal kebaikan dong.
Pernah suatu ketika saya bertanya, kenapa jika saya meminta sesuatu -tentunya yang beliau sanggup lakukan dan dalam frame kebaikan- selalu saja di turuti dan dilakukan dengan cepat.
Contohnya adalah tentang masalah anak kami yang pertama.
“Abi, nanti klo bunda kerja, siapa yang jaga Qori?”
“Shalihah…kita mengetahui bahwa abi bekerja, pun jika dititip ke neneknya, neneknya juga bekerja, pilihan terakhir adalah, Qori bunda bawa kerja, bisakan?”
“Iya deh, bismillah”
Dan muncullah ungkapan adik perempuanku soal istriku,
“Subhanallah ya, Bunda Qori, dalam keadaan hamil 8 bulan, saat bekerja masih harus membawa Qori bekerja dengan jarak perjalanan 7 Km (PP jadi 14 Km), naik turun mobil angkot lagi”
Dan saya hanya merespon dengan senyuman dan bersyukur kepada Allah atas karunia Istri Shalihah ini…
Ya Allah…
Mudahkanlah proses kehamilan istriku dan sehatkanlah Ia…
Sehatkanlah ia dan janin yang sedang dikandungnya…
Mudahkanlah proses kelahirannya…
Berilah kesempurnaan fisik, aqal, fikir dan ruhyi anak kedua kami ya Allah…
Mudahkanlah urusan dunia dan akhirat kami ya Allah…
Jadikanlah kami hamba-hambaMu yang Sabar dan Pandai Bersyukur…
Di antara ciri istri shalehah adalah, pertama, melegakan hati suami bila dilihat. Rasulullah bersabda, ''Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.'' (HR Ibnu Majah).
#Seorangayah
#Selatan Jakarta, Lantai 11 Gatot Subroto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar