Jumat, 30 September 2011

seandainya ia tau

seandainya dirinya tahu
diriku tak sedang menunggu yang lain
diriku sungguh tak ingin kehilangan kesempatan itu
diriku sungguh...

mungkin ini baru beberapa saat setelah momen itu
dan bahkan mungkin baru permulaan
belum mencapai klimaksnya
tapi sungguhpun seandainya ia menyadarinya

Ya Allah.. Yaa Rabbi..
kuatkan hati hamba-Mu yang tak berdaya ini
hamba tak ingin goyah Yaa Rabb..
jikalau memang dirinya yang Kau takdirkan untukku
kuatkanlah hati hamba
mungkin hamba terkadang tak memikirkan apa yang dirasakannya
namun hamba wanita Yaa Rabb..
wanita yang senantiasa menanti kedatangan dirinya
untuk segera menghalalkan ikatan kami

Aku berdoa pada-Mu untuk menunjukkan takdirku bagiku
firasatku ini lah jawaban dari-Mu
insyaAllah..
Bahkan telah Kau permudah jalannya kepadaku
aku hanya inginkan satu kali dalam hidupku
hanya satu kali

ku harap dia pun merasakannya

Selasa, 06 September 2011

Nasihat-Nasihat Mulia dari Seorang Ibu yang Terdidik

"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) sebagai umat yang adil...."

Berapa banyak sudah,
Kita saksikan kegelisahan seorang kawan
berlalu dan berubah
menjadi kegembiraan

Ada satu nasihat bagus yang diwariskan oleh seorang wanita Arab, yaitu, nasihat Umamah binti Harits kepada putrinya, Ummu iyas binti Auf pada malam pernikahannya. Beberapa nasihatnya waktu itu adalah sebagai berikut:

"Putriku, engkau akan meninggalkan suasana yang telah melahirkanmu, dan engkaupun akan berpisah dengan kehidupan yang selama ini membesarkanmu. Seandainya seorang wanita tidak membutuhkan seorang suami karena kekayaan kedua orangtuanya dan kebutuhan mereka terhadapnya, maka engkau  adalah orang yang paling tidak membutuhkan suami. Namun, kenyataan menyatakan bahwa wanita itu diciptakan untuk laki-laki dan kaum laki-laki diciptakan untuknya." 

Adapun inti dari nasihat-nasihatnya adalah sebagai berikut:

Pertama dan kedua: seorang istri harus mematuhi suaminya dengan penuh ketulusan dan memperhatikan perintah-perintahnya dengan penuh ketaatan.

Ketiga dan keempat: Seorang istri hendaknya memelihara kebersihan bagian-bagian tubuhnya yang sealu menjadi tujuan hidung dan mata suami. Artinya, jangan sampai matanya melihat sesuatu yang tidak menyenangkannya pada dirimu, dan agar ia selalu mencium bau wangi dari tubuhmu.

Kelima dan keenam: Seorang istri hendaknya selalu memperhatikan waktu tidur dan waktu makan suaminya. Karena, rasa lapar akan membuatnya garang dan kurang tidur akan membuatnya mudah marah.

Ketujuh dan kedelapan: Seorang istri hendaklah menjaga harta suaminya, memelihara kehormatannya dan keluarganya, mengatur keuangan rumah tangga dengan cara yang baik dan merawat anak-anaknya dengan penuh perhatian.

Nasihat kesembilan dan kesepuluh: Jangan pernah menentang perintahnya dan juga jangan menyebarkan aib atau rahasianya. sebab , denagn menentang perintahnya, engkau akan membuat dadanya bergolak. Dan jika engkau menyebarkan rahasianya, berarti engkau tidak bisa menjaga kehormatannya.

Berikutnya, hendaklah engkau tidak menampakkan keceriaan di hadapannya mana kala ia sedang sedih. Namun, jangan pula engkau menampakkan wajah bersedih ketika ia dalam keadaan berbunga-bunga.


Pencerahan:

Kebahagiaan bukan di tangan orang lain, tapi di tanganmu sendiri.


-Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni dalam La Tahzan For Smart Muslimah-

Rumahmu Adalah Istana Kemuliaan dan Cinta

"Sesungguhnya tuhanmu Mahaluas pengampunan-Nya."

Katakanlah,"Kami beriman kepada Sang Maha Pengasih,
dan mengikuti seorang Pembimbing dari Yastrib."

Wahai-wanita mulia yang terhormat...

Janganlah engaku tinggalkan rumahmu, kecuali untuk suatu urusan yang memang sangat penting sekali. Di rumahmu itulah letak kebahagiaanmu. "Berdiam dirilah kalian di rumah kalian." (Q.S Al-Ahzab:33)
Sebab, di rumahmu itulah engkau akan mendapatkan kebahagiaan dan bisa memelihara niali-nilai kehormatan, kemuliaan, dan kewibawaanmu.

Ketahuilah, sesungguuhnya wanita murahan itu adalah yang sering pergi ke pasar tanpa ada kepentingan : hanya mengikuti budaya dan kebiasaan yang sedang trend saja. Ironisnya, kebanyakan  mereka memasuki pusat-pusat perbelanjaan untuk mencari barang-barang sepele yang aneh-aneh, tidak ada manfaatnya, tidak dianjurkan agama, tidak sejalan dengan risalah dakwah dan tidak ada kaitannya dengan pengetahuan, ilmu, dan kebudayaan.

Singkat kata, apa yang mereka lakuakn ini hanyalah sesuatu yang sia-sia, tiada guna dan terlalu berelebih-lebihan. Apalagi, bila tujuan mereka hanya sepele: mencari makan dan melihat mode pakaian terbaru.
Jangalah sekali-kali engkau emninggalkan rumah tanpa ada kepentingan yang benar-benar penting dan mendesak. Tetaplah engaku di rumahmu. Sebab, rumahmu adalah tempatnya kebahagiaan, ketentraman, dan kedamaian. Jadikan pula rumahmu sebagai sumebr cinta dan kasih sayang, serta pangkalan kebajikan dan kedermawanan yang membawa berkah.

Pencerahan:

Jangan ceritakan beban hidupmu kecuali kepada orang-orang yang bisa membantumu dengan pikiran dan nasihat untuk mencapai sebuah kebahagiaan.


-Dr 'Aidh Abdullah Al-Qarni dalam La Tahzan For Smart Muslimah-

Pandanglah Awan dan Jangan Melihat ke Tanah

"Segala Puji Bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dariku."

Kalau bukan karena nyala api yang mengitarinya
Harumnya aroma kayu gaharu tidak akan pernah tercium

Gantungkan cita-citamu setinggi mungkin. Kemudian, merambatlah dan teruslah mendaki untuk meraihnya. Namun, tetaplah waspada dan hati-hati agar jangan sampai terhatuh!
Ketahuilah...!
Hidup ini hanya beberapa enit saja; bahkan hanya beberapa detik saja. Jadilah seekor semut dalam kesungguhan, ketekuna, dan kesabaran. Cobalah, dan teruslah engkau mencoba! Bertobatlah jika engkau melakukan kesalahan, dan kembalilah engkau kepada pintu tobat. Hafalkan kembali Al-Quran jika engkau telah lupa. Hafalkan terus untuk yang kedua kalinya, ketiga kalinya sampai kesepuluh kalinya sekalipun. Yang terpenting, engaku jangan pernah merasa gagal dan frustasi, karena sejarah tidak pernah mengenal kata terakhir; akal tidak mengenal kata penghabisan; sebab usaha dan perbaikan masih selalu terbentang. 
Sesungguhnya umur itu seperti tubuh: bisa dipercantik dengan operasi, dan seperti bangunan: masih memungkinkan untuk dipugar dan kemudian diperindah denagn warna cat yang baru. Jauhilah sekolah yang bernama kemalasan dan kegagalan. Hilangkanlah dari hatimu semua bayang-bayang penyakit, bencana, musibah, dan kesulitan. Allah berfirman: 
"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Q.S Al-Ma'idah:23)

Pencerahan:

Meninggalkan maksiat adalah perjuangan, sedangkan menekuninya adalah pengkhianatan.


-Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni dalam La Tahzan For Smart Muslimah-

Bangunlah Istanamu di Surga !

" Setiap detik Pasti Ada Jalan Keluar"

Aku telah turuti tamakku
Hingga ia memperbudakku
Padahal, andai aku puas dengan yang ada,
aku pasti tetap bebas merdeka

Perhatikanlah dari generasi ke generasi: Apakah mereka mati dengan membawa harta, istana, jabatan, kedudukan, emas, dan perak mereka? Apakah mereka dikubur bersama mobil dan pesawat-pesawat pribadi mereka? Sekali-kali tidak! Semua barang-barang itu mereka tinggalkan begitu saja di dunia. Bahkan, baju dan penutup kepala pun tak mereka bawa. Mereka di masukkan ke liang kubur hanya dengan berbajukan kain kafan dan kemudian ditanya : siapakah Tuhanmu? Siapakah Nabimu? Apa agamamu?
Maka, siapkan dirimu untuk menyongsong hari itu; janganlah kau bersedih dan terlalu menyayangi kenikmatan dunia! Semua itu adalah fana dan tidak berharga. Bahkan, tidak akan ada yang kekal dari dirimu selain amal-amal saleh saja. Allah berfirman:
"Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan KAmi berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami  beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Q.S An-Nahl:97)

Pencerahan:
Penyakit merupakan sebuah pesan yang menyimpan kabar gembira, sedang kesehatan adalah perhiasan yang sangat berharga.

- Dr. 'Aidh Abdullah Al-Qarni dalam La Tahzan For Smart  Muslimah-

Ketika Nyawa di Cabut oleh-Nya


Sahabatku,

Kehidupan manusia di dunia, tak ubahnya sebuah perjalanan yang pasti ada akhirnya. Dan tahukah sahabat apa yang akan menjadi akhir dari perjalanan kita di dunia ini – untuk selanjutnya memulai sebuah perjalanan baru  ke negeri yang masih asing? Itulah kematian. Kematianlah, akhir kisah hidup kita di dunia.

Lalu, adakah kita siap menjumpainya ketika malaikat pencabut nyawa sudah datang menjemput? Adakah kita siap ketika kain kafan akan membungkus tubuh kita? Adakah kita siap ketika tubuh kita akan diturunkan ke liang lahat? Ketika papan-papan menutup jasad, ketika gumpalan tanah menimbun, apakah kita siap? Ingatlah kita pasti mati. Kita pasti berpisah dengan ibu bapak kita. Merekakah yang akan berpulang lebih dulu? Ataukah malah kita yang mendahului mereka? Kita pasti berpisah dengan istri dan anak-anak. Betapapun kita teramat sayang kepada mereka, Allah pasti membuat kematian yang akan mengakhiri segalanya.

“Kullu nafsin dzaa iqatul maut,” [QS. Ali Imran (3) ; 19) demikian Allah Azza wa Jalla menegaskan. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati! Dan sakaratul maut itu sakit sekali, kambing saja yang tidak mempunyai dosa apapun, ketika disembelih, Allah memperlihatkan kepada kita, betapa sulitnya ia meregang nyawa. Ayam adalah mahluk Allah yang selalu bertasbih, dan karena itu ia bersih dari dosa. Tetapi, ketika disembelih betapa ia menggelepar-gelepar tanda teramat sakitnya melepas nyawa.



Sahabat,

Kita pun demikian halnya. Semakin busuk diri kita ketika hidup, mungkin saat-saat tercerabutnya nyawa dari badan akan merupakan saat-saat yang teramat pahit dan menderita. Tubuh ini laksana dibelit kawat berduri yang menghunjam ke setiap bagian otot, kemudian ditarik, sehingga tercabik-cabik dan tercerabut dari tulang.

Kita pasti akan meninggalkan segala yang apa kita cintai. Hanya kain kafan yang menemani. Mungkin saat-saat kita meninggal, orang-orang menangis, tapi mungkin juga sebaliknya, menertawakan. Jasad yang terbujur kaku pun dengan tanpa daya diusung orang menuju liang kubur. Ya, disanalah rumah terakhir kita. Tidak ada yang kita bawa. Kita akan dibaringkan menghadap kiblat. Kain kafan dibuka sedikit pada wajah kita agar menyentuh tanah. Papan-papan pun akan mempersempit ruang lahat. Kemudian, pelan-pelan tanah akan menutup dang menghimpit, hingga tak ada sedikit pun ruang yang tersisa. Mungkin yang akan menimbunkan tanah itu justru orang-orang yang paling kita cintai.

Semakin lama semakin gelap dan pekat. Kita tak lagi mempunyai teman, selain amal baik. Harta, pangkat, jabatan, yang mati-matian kita cari sampai tidak ingat shalat, tidak ingat shaum, tidak ingat zakat. Semuanya tidak ada yang mampu menolong kita. Bahkan mungkin tumpukan harta yang kita tinggalkan malah memperberat kita karena dipakai maksiat oleh anak dan keturunan kita.



Sahabat,

Saat itulah kita akan mempertanggungjawabkan segala apa yang pernah diperbuat di dunia. “Hai dungu,” demikian mungkin kita disergah. “Mengapa engkau begitu zhalim kepada dirimu sendiri? Kepalamu tidak pernah kau gunakan untuk bersujud. Yang melingkar-lingkar dalam otakmu hanya urusan dunia belaka. Padahal ternyata semua itu tidak bisa kau bawa. Tanganmu berlumur aniaya, sedang berderma menolong sesama tidak pernah ada. Matamu bergelimang maksiat, sedang Al-Qur’an tidak pernah kau singkap dan kau lihat. Di telingamu hanya berdenging musik sia-sia dan kata-kata penuh maksiat, sedang kebenaran tak sedikit pun kau simak meski sesaat. Kenapa keningmu hanya kau dongakkan penuh keangkuhan, tetapi tidak sekalipun kau letakkan di atas sajadah kepasrahan?”

Mungkin saat itulah kita melolong-lolong menjerit penuh penyesalan. Ketika itulah akan kita rasakan gemeretaknya tulang-belulang di sekujur tubuh hancur luluh dihimpit oleh kubur yang teramat benci kepada jasad yang sarat bergelimang dosa.



Sahabat,

Ketahuilah bahwa kematian itu pasti, dan siksa kubur pun pasti bagi orang yang tidak mempersiapkan diri.

 

(Sumber : Jurnal MQ Vol.I/No.1/Mei 2001)

Jumat, 02 September 2011

Ayat-Ayat Al-Qur'an dalam Kromosom Manusia



Seorang ilmuwan yang penemuannya sehebat Gallileo, Newton dan Einstein yang berhasil membuktikan tentang keterkaitan antara Al Qur’an dan rancang struktur tubuh manusia adalah Dr. Ahmad Khan. Dia adalah lulusan Summa Cumlaude dari Duke University. Walaupun ia ilmuwan muda yang tengah menanjak, terlihat cintanya hanya untuk Allah dan untuk penelitian genetiknya. Ruang kerjanya yang dihiasi kaligrafi, kertas-kertas penghargaan, tumpukan buku-buku kumal dan kitab suci yang sering dibukanya, menunjukkan bahwa ia merupakan kombinasi dari ilmuwan dan pecinta kitabsuci.
Salah satu penemuannya yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan adalah ditemukannya informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang dibangun dari kodon DNA. Ayat pertama yang mendorong penelitiannya adalah Surat “Fussilat” ayat 53 yang juga dikuatkan dengan hasil-hasil penemuan Profesor Keith Moore ahli embriologi dari Kanada.
Penemuannya tersebut diilhami ketika Khatib pada waktu salat Jumat membacakan salah satu ayat yang ada kaitannya dengan ilmu biologi. Bunyi ayat tersebut adalah sebagai berikut:”…Sanuriihim ayatinaa filafaaqi wa fi anfusihim hatta yatabayyana lahum annahu ul-haqq…”Yang artinya; Kemudian akan Kami tunjukkan tanda-tanda kekuasaan kami pada alam dan dalam diri mereka, sampai jelas bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran”.
Hipotesis awal yang diajukan Dr. Ahmad Khan adalah kata “ayatinaa” yang memiliki makna “Ayat Allah”, dijelaskan oleh Allah bahwa tanda- tanda kekuasaanNya ada juga dalam diri manusia. Menurut Ahmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA (Deoxy Nucleotida Acid) manusia.
Selanjutnya ia beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat Alquran merupakan bagian dari gen manusia.
Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama sekali.
Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah.
kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.
Sumber: Harun Yahya
Sebagaimana disindir oleh Allah: “Afala tafakaruun ” (apakah kalian tidak mau bertafakur atau menggunakan akal pikiran?).
Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah. Proyek tersebut awalnya ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad Khan berupaya untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada kromosom manusia. Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Al Qur’an. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang pertama “Bismillah ir Rahman ir Rahiim. “Iqra bismirrabbika ladzi Khalq”, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”. Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A’laq yang merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira. Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.
Dalam wawancara yang dikutip “Ummi” edisi 6/X/99, Ahmad Khan menyatakan: “Saya yakin penemuan ini luar biasa, dan saya mempertaruhkan karier saya untuk ini. Saya membicarakan penemuan saya dengan dua rekan saya; Clive dan Martin seorang ahli genetika yang selama ini sinis terhadap Islam. Saya menyurati dua ilmuwan lain yang selama ini selalu alergi terhadap Islam yaitu Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris Dreisman dari Universitas Berlin.
Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi firman Allah yang sangat mengagumkan.
Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan “Semoga penerbitan buku saya “Alquran dan Genetik”, semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga non muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama.
Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan.
Penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level pemerintah.
Mem-fasilitasi serta memberi dukungan secara moral dan finansial.
Terbukanya tabir hati ahli Farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru- baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi dari surat An-Nisa tersebut antara lain sebagai berkut :”Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. “Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien.
Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut.
Mahabesar Allah yang telah menyisipkan firman-firmannya dan informasi sebagian kebesaranNya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf dsb.
Rabbana makhalqta hada batila, Ya…Allah tidak ada sedikit pun yang engkau ciptakan itu sia-sia.
Dari bahtera menuju Islam Seorang pakar kelautan menyatakan betapa terpesonanya ia kepada Al Qur’an yang telah memberikan jawaban dari pencariannya selama ini.
Prof. Jackues Yves Costeau seorang oceanografer, yang sering muncul di televisi pada acara Discovey, ketika sedang menyelam menemukan beberapa mata air tawar di tengah kedalaman lautan. Mata air tersebut berbeda adar kimia, warna dan rasanya serta tidak bercampur dengan air laut yang lainnya. Bertahun-tahun ia berusaha mengadakan penelitian dan mencari jawaban misteri tersebut.
Sampai suatu hari bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia menjelaskan tentang ayat Al Qur’an Surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan surat Al-Furqon ayat 53. Awalnya ayat itu ditafsirkan muara sungai tetapi pada muara sungai ternyata tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau sampai ia masuk Islam. Kutipan ayat tersebut antara lain sebagai berikut: “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan, yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan antar-keduanya dinding dan batas yang menghalang” (QS Al-Furqon: 53).
Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat memberikan gambaran pada kita bahwa ayat suci Alquran mampu menjelaskan fenomena Cromosome, Anatomi, Oceanografi, Keperawatan dan antariksa (baca “Jurnal Keperawatan Unpad” edisi 4, hal 64-70). Sebenarnya masih banyak ayat- ayat Al Qur’an yang menerangkan fenomena evolution and genetic seperti QS As-Sajdah 4, QS al-A’raf 53, QS Yusuf 3, QS Hud 7, tetapi karena keterbatasan ruangan pada kolom ini, serta dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki penulis, maka kepada Allah jualah hendaknya kita berharap dan hanya Allah-lah yang Mahaluas danMahatinggi ilmunya.
Wallahu a’lam.