Kamis, 31 Maret 2011

Hukum Memainkan Rebana, Lagu, Dan Ikhtilath pada I'lanunnikah

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Menabuh gendang pada hari-hari resepsi pernikahan itu boleh atau sunnah, jika hal itu dilakukan dalam rangka I’lanunnikah (menyiarkan nikah), akan tetapi dengan syarat-syarat berikut.

Pertama : Menabuh gendang yang dimaksud adalah gendang yang dikenal dengan nama rebana, yaitu yang tertutup satu bagian saja, karena yang tertutup dua bagian (lubang)nya disebut thablu (gendang). Yang ini tidak boleh, karena tergolong alat musik, sedangkan semua alat musik hukumnya haram, kecuali ada dalil yang mengecualikannya, yaitu seperti gendang rebana untuk pesta pernikahan.

Kedua : Tidak dibarengi dengan sesuatu yang diharamkan, seperti lagu murahan yang membangkitkan birahi. Lagu seperti ini dilarang, baik dialunkan dengan gendang maupun tidak, di waktu pesta pernikahan ataupun lainnya.

Ketiga : Tidak menimbulkan fitnah (kemaksiatan), seperti suara-suara merdu bagi laki-laki. Jika hal itu dapat mengundang fitnah maka haram hukumnya.

Keempat : Tidak mengganggu orang lain. Dan jika ternyata mengganggu orang lain maka dilarang, seperti lagunya dilantunkan dengan pengeras suara (sound system). Ini dapat mengganggu tetangga dan siapa saja yang merasa resah dengannya dan juga tidak lepas dari fitnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang orang-orang yang shalat menyaringkan bacaannya agar tidak mengganggu yang lain. Lalu bagaimana dengan suara gendang dan lagu!
Adapun tentang mengambil photo dengan menggunakan kamera, tidak diragukan lagi bagi orang yang berakal akan keburukannya. Orang yang berakal sehat saja, apalagi seorang mu’min tidak akan rela keluarga, ibu dan putri-putrinya, saudara-saudara perempuannya, isterinya dan lainnya di photo untuk dijadikan barang dagangan yang ditawarkan kepada orang atau sebagai mainan yang dijadikan objek bagi orang-orang fasik. Yang lebih buruk lagi adalah mengambil gambar acara pesta dengan kamera video, karena gambarnya adalah gambar hidup. Ini merupakan perkara yang diingkari oleh setiap orang yang mempunyai akal sehat dan agama yang lurus, dan sungguh sangat tidak terbayang orang yang masih mempunyai rasa malu dan iman akan memperbolehkannya.

Sedangkan tari-tarian kaum perempuan adalah perbuatan yang sangat jelek, kami tidak akan membolehkannya, karena kami telah mendengar kejadian-kejadian negatif yang ditimbulkannya di kalangan kaum perempuan. Kalau tari-tarian itu dilakukan oleh kaum lelaki, maka itu lebih jelek lagi, karena termasuk tasyabbuh (meniru-niru) kaum perempuan. Apabila dilakukan bersama antara kaum lelaki dan kaum perempuan, lebih berat lagi dosanya dan lebih buruk, karena mengandung unsur campur baur lelaki dengan perempuan dan fitnah yang sangat besar, lebih-lebih di dalam acara pesta pernikahan

Tentang seorang laki-laki yang menghadiri perkumpulan wanita, sebagaimana disebutkan oleh penanya, dan di situ ia mencium isterinya di hadapan mereka, sungguh sangat aneh sekali hal itu bisa terjadi pada seorang laki-laki yang telah Allah karuniai pernikahan, lalu menerimanya dengan cara perbuatan mungkar secara syar’i maupun secara akal sehat. Bagaimana mungkin seorang suami melakukan perbuatan seperti itu terhadap isterinya di hadapan orang banyak ?! Apakah mereka tidak khawatir kalau lelaki yang hadir di tengah-tengah kaum perempuan itu akan melihat perempuan yang lebih cantik daripada isterinya, lalu isterinya luput dari pandangan matanya, kemudian pikirannya terarah kepada perempuan cantik itu, sehingga bisa berakibat fatal antara dia dengan mempelai laki-laki!

Untuk mengakhir jawaban ini, saya menasehatkan kepada segenap kaum muslimin agar mencegah terjadinya perbuatan-perbuatan buruk seperti itu dan saya mengajak mereka untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya, menempuh jalan hidup para ulama terdahulu (salaf shalih), terbatas pada yang diajarkan oleh Sunnah saja dan tidak mengikuti keinginan hawa nafsu orang-orang yang telah tersesat sebelumnya yang telah menyesatkan banyak manusia dari jalan yang lurus.

[Fatawa Mu’ashirah, hal.36-39]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, Penyusun Khalid Al-Juraisiy, Penerjemah Musthofa Aini Lc]

http://almanhaj.or.id/ 

Awasi dan Jaga Diri Sendiri

Oleh
Dr. 'Abdul-Qayyum as-Suhaibani [1]



Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.

Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

« لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ».

"Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah [2] yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan".
Ada [3] yang bertanya: "Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu," Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya" [4].

Seseorang mungkin menjauh dari dosa dan maksiat saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Tetapi jika ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia pun melepaskan tali kekang nafsunya, merangkul dosa dan memeluk kemungkaran.

"Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya". [al-Isrâ`/17 : 17].

"Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan". [al-Baqarah /2 : 74].

Bahkan jika ingin berbuat dosa dan ada seorang anak kecil di hadapannya, ia akan meninggalkan dosa itu. Dengan demikian, rasa malunya kepada anak kecil lebih besar daripada rasa malunya kepada Allah. Andai saat itu ia mengingat firman Allah:

"Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka tampakkan?" [al-Baqarah/2 : 77].

"Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" [at-Taubah/9 : 78]

Sungguh celaka wahai saudaraku! Jika keberanian anda berbuat maksiat adalah karena anda meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla tidak melihat, maka alangkah besar kekufuran anda. Dan jika anda mengetahui bahwa Allah mengetahuinya, maka alangkah parah keburukan anda, dan alangkah sedikit rasa malu anda!

"Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah mengetahui mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan". [an-Nisâ`/4 : 108].

Di antara hal yang sangat "ajaib" adalah anda mengenal Allah, tetapi bermaksiat kepada-Nya. Anda mengetahui kadar kemurkaan-Nya, tetapi justru menjatuhkan diri kepada kemurkaan itu. Anda mengetahui betapa kejam hukuman-Nya, tetapi anda tidak berusaha menyelamatkan diri. Anda merasakan sakitnya keresahan akibat maksiat, tetapi tidak pergi menghindarinya dan mencari ketenangan dengan mentaati-Nya.

Qatadah berpesan: "Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, karena sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Bagi-Nya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang bisa meninggal dalam keadaan husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah"[5].

"Kalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit kalian terhadap kalian, tetapi kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka kalian yang telah kalian sangka terhadap Rabb kalian, prasangka itu telah membinasakan kalian, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi". [Fushshilat/41 : 22-23].

Ibnul-A'rabi berkata: "Orang yang paling merugi, ialah yang menunjukkan amal-amal shalihnya kepada manusia dan menunjukkan keburukannya kepada Allah yang lebih dekat kepadanya dari urat lehernya" [6].

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya". [Qâf /50:16].

إِذَا مَا خَلَوْتَ الدَّهْرَ يَوْمًا، فَلاَ تَقُلْ خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيْبُ
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الله يَغْفُـلُ سَـاعَـةً وَلاَ أَنَّ ماَ تُخْفِيْهِ عَنْهُ يَغِيْـبُ

Saat engkau sedang sendiri jangan katakan aku sendiri,
teapi katakan ada yang senantiasa mengawasi diri ini.
Dan sedikitpun jangan menyangka bahwa Allah lalai,
atau menyangka Dia tak tahu apa yang tersembunyi.

Sungguh takwa kepada Allah dalam keadaan tidak nampak (fil-ghaib) dan takut kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi merupakan tanda kesempurnaan iman. Hal ini menjadi sebab diraihnya ampunan, kunci masuk surga. Dan dengannya, seorang hamba meraih pahala yang agung nan mulia.

"Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia". [Yâsîn/36 : 11].

"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam keadaan tersembunyi akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar". [al-Mulk/67 : 12].

"Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah dalam keadaan tersembunyi dan dia datang dengan hati yang bertobat. Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan Kami memiliki tambahannya".[Qâf/50 : 31-35].

Dan di antara doa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:

أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِى الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ

"Aku memohon rasa takut kepada-Mu dalam keadaan tersembunyi maupun nampak".[7]

Maknanya, hendaklah seorang hamba takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, serta lahir dan batin, karena kebanyakan orang takut kepada Allah dalam keadaan terlihat saja. Namun yang penting adalah takut kepada Allah saat tersembunyi dari pandangan manusia, dan Allah telah memuji orang yang takut kepada-Nya dalam kondisi demikian.

Bakr al-Muzani berdoa untuk saudara-saudaranya: "Semoga Allah menjadikan kami dan kalian zuhud terhadap hal yang haram, sebagaiman zuhudnya orang yang bisa melakukan dosa dalam kesendirian, namun ia mengetahui bahwa Allah melihatnya, maka ia tinggalkan dosa itu" [8].

Sebagian lagi mengatakan: "Orang yang takut bukanlah orang yang menangis dan 'memeras' kedua matanya, tetapi ia adalah orang yang meninggalkan hal haram yang ia sukai saat ia mampu melakukannya"[9].

إِذَا السِّرُّ وَالإِعْلاَنُ فِي المُؤْمِنِ اسْتَوَى فَقَدْ عَزَّ فِي الدَّارَيْنِ وَاسْتَوْجَبَ الثَّنَا
فَإِنْ خَالَـفَ الإِعْـلاَنُ سِرًّا فَمَا لَهُ عَلَى سَعْيِهِ فَضْلٌ سِوَى الْكَدِّ وَالْعَنَا

Jika tersembunyi dan tampak bagi seorang mukmin tiada beda,
maka ia telah berhasil di dua dunia dan kita pantas memujinya.
Namun jika yang tampak menyelisihi yang rahasia,
tiada kelebihan pada amalnya, selain penat dan lelah saja.

Hal-hal yang menjadikan takut (khasy-yah) kepada Allah Azza wa Jalla :
1. Iman yang kuat terhadap janji Allah l dan ancaman-Nya atas dosa dan maksiat.

2. Merenungkan kejamnya balasan Allah Subhanahu wa Taala dan hukuman-Nya. Hal ini menjadikan seorang hamba tidak melanggar aturan-Nya, sebagaimana dikatakan al-Hasan al-Bashri: "Wahai anak Adam, kuatkah engkau memerangi Allah? Orang yang bermaksiat berarti telah memerangi-Nya". Sebagian lagi mengatakan: "Saya heran dengan si lemah yang menentang Sang Kuat".

3. Kewaspadaan yang kuat terhadap pengawasan Allah dan mengetahui bahwa Allah mengawasi hati dan amalan para hamba, serta mengetahui mereka di manapun berada. Orang yang sadar bahwa Allah melihat-Nya di manapun berada, mengetahui dirinya secara lahir dan batin, mengetahui yang tersembunyi maupun yang nampak, dan ia mengingat hal itu saat menyendiri, maka ia akan meninggalkan maksiat dalam ketersembunyiannya. Wahb bin al-Ward berkata: "Takutlah kepada Allah sebesar kekuasaan-Nya atas dirimu! Malulah kepada-Nya seukuran kedekatan-Nya kepadamu, dan takutlah kepada-Nya karena Dialah yang paling mudah bisa melihatmu" [10].

4. Mengingat makna sifat-sifat Allah, antara lain: mendengar, melihat dan mengetahui. Bagaimana anda bermaksiat kepada yang mendengar, melihat dan mengetahui keadaan anda? Jika seorang hamba mengingat hal ini, rasa malunya akan menguat. Ia akan malu jika Allah mendengar atau melihat pada dirinya sesuatu yang Dia benci, atau mendapati sesuatu yang Dia murkai tersembunyi pada hatinya. Dengan demikian, perkataan, gerakan, dan pikirannya akan selalu ditimbang dengan timbangan syariat, dan tidak dibiarkan dikuasai hawa nafsu dan naluri biologis.

Ibnu Rajab berkata: "Takwa kepada Allah dalam ketersembunyaian adalah tanda kesempurnaan iman. Hal ini berpengaruh besar pada pujian untuk pelakunya yang Allah 'sematkan' pada hati kaum mukminin"[11].

Sedang Abu ad-Darda' menasihati: "Hendaklah setiap orang takut dilaknat oleh hati kaum mukminin, sementara dia tidak merasa. Ia menyendiri dengan maksiat, maka Allah menimpakan kebencian kepadanya di hati orang-orang yang beriman"[12].

Sulaiman at-Taimi berkata: "Sungguh seseorang melakukan dosa dalam ketersembunyiannya, maka iapun terjatuh ke dalam lubang kehinaan"[13].

Ada juga yang mengatakan: "Sungguh, seorang hamba berbuat dosa yang hanya diketahui dirinya dan Allah saja. Lalu ia mendatangi saudara-saudaranya, dan mereka melihat bekas dosa itu pada dirinya. Ini termasuk tanda yang paling jelas akan keberadaan Rabb yang haq, yang membalas amalan –yang kecil sekalipun- di dunia sebelum akhirat. Tidak ada amalan yang hilang di sisi-Nya, dan tiada berguna tirai dan penutup dari kuasa-Nya. Orang berbahagia adalah orang yang memperbaiki hubungannya dengan Allah. Karena jika demikian, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain. Dan barang siapa yang mengejar pujian manusia dengan mengorbankan murka Allah, maka orang yang awalnya memuji akan berbalik mencelanya"[14].

Di antara hal paling ajaib mengenai hal ini adalah kisah yang diriwayatkan dari Abu Ja'far as-Saih: "Habib Abu Muhammad adalah seorang saudagar yang meminjamkan uang dengan bunga. Suatu hari, ia melewati sekumpulan anak kecil yang sedang bermain. Merekapun berbisik di antara mereka: 'Pemakan riba datang,' Habibpun menundukkan kepalanya dan berkata: 'Ya Rabb, Engkau telah sebarkan rahasiaku pada anak-anak kecil,' lalu ia pulang dan mengumpulkan seluruh hartanya. Ia berkata: 'Ya Rabb, aku laksana tawanan. Sungguh aku telah membeli diriku dari-Mu dengan harta ini, maka bebaskanlah aku'. Esok paginya, ia sedekahkan seluruh harta itu dan mulai menyibukkan diri dengan ibadah. Suatu hari ia melewati kumpulan anak kecil. Ketika melihatnya, mereka berseru di antara mereka: 'Diamlah! Habib si ahli ibadah datang,' Habibpun menangis dan berkata: "Ya Rabb, Engkau sekali mencela, sekali memuji, dan semua itu dari-Mu'."[15]

Sufyan ats-Tsauri berpesan: "Jika engkau takut kepada Allah, Dia akan menjaga dirimu dari manusia. Tetapi jika engkau takut kepada manusia, mereka tidak akan bisa melindungimu dari Allah"[16].

Ibnu 'Aun berpisah dengan seseorang, maka ia berwasiat: "Takutlah kepada Allah, karena orang yang takut kepada-Nya tidak akan merasa sendiri" [17].

Sedangkan Zaid bin Aslam berkata: "Dulu dikatakan: Barang siapa takut kepada Allah, orang akan mencintainya, meskipun mereka (pernah) membencinya"[18].

Marâji` Terjemah:
- Al-Maktabah asy-Syamilah.
- Al-Qamus al-Muhith, Muassasah ar-Risalah, 1424 H.
- Al-Qur`ân dan Terjemahnya, Mujamma' Mâlik Fahd.
- http://quran.al-islam.com/Targama/
- Jami'ul 'Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al-Hanbali, Darul Ma'rifah, 1408 H.
- Mushaf al-Madinah an-Nabawiyyah Digital.
- Syu'abul Iman lil Baihaqi, Darul Kutub al-'Ilmiyyah, 1410 H.
- Tafsir Ibnu Katsir, Muassasah ar-Rayyan, 1418 H.
- Taysirul Karimir Rahmân, Abdurrahmân as-Sa'di, Muassasah ar-Risalah, 1426.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016]
________
Footnotes.
[1]. Dosen Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah. Tulisan ini diterjemahkan oleh Abu Bakr Anas dari leaflet berjudul "al-Muraqabah adz-Dzatiyyah". Semua catatan kaki dalam tulisan ini dibuat oleh penerjemah.
[2]. Tihamah, ialah nama lain untuk Makkah. Lihat al-Qamus al-Muhith, hlm. 1083.
[3]. Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa yang bertanya adalah sahabat bernama Tsauban.
[4]. HR Ibnu Majah no. 4245, dishahîhkan Syaikh al-Albâni. Lihat as-Silsilah ash-Shahîhah, no. 505.
[5]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/368.
[6]. Syu'abul-Iman lil-Baihaqi, 5/368 no. 6987
[7]. HR Ahmad, 18351 dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni.
[8]. Lihat Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/162.
[9]. Lihat Mukhtashar Minhajil-Qashidin, 4/63.
[10]. Lihat Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/162.
[11]. Ibid., 1/163.
[12]. Ibid.
[13]. Lihat Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/163.
[14]. Ibid.
[15]. Ibid.
[16]. Diriwayatkan juga dari 'Aisyah dalam wasiat beliau kepada Mu'awiyyah Radhiyallahu 'anhu. Lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 8/32.
[17]. Lihat al-Fawaid (Ibnul Qayyim), Bab : Takwa, hlm. 52.
[18]. Ibid.

http://almanhaj.or.id/ 

Bagaimana Cara Mencintai Buah Hati Kita?

Oleh
Al Maghribi bin As Sayyid Mahmud Al Maghrib


SIKAP SEIMBANG DALAM MENCINTAI ANAK

Cinta kepada buah hati adalah fitrah manusia yang dibenarkan syari’at. Orang tua sewajibnya menempatkan cinta dan kasih sayangnya kepada anak secara benar. Sebab anak adalah amanah bagi orang tua. Mengekspresikan cinta kepada anak melalui didikan dan arahan yang benar, sebagai tindakan bijaksana dari orang tua yang betul-betul memahami hakikat cinta kepada anak. Membimbingnya agar tumbuh menjadi generasi yang lurus dan tangguh, mampu mengemban tugas-tugasnya sebagai hamba Allah dan sebagai bagian dari masyarakat. Sehingga mustahil dapat membimbing mereka dengan arahan dan didikan yang benar, jika kita tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang. Di sisi lain, tidak sedikit orang tua yang keliru mengejewantahkan rasa cinta dan kasih sayangnya sehingga justru melahirkan sikap manja, pengecut dan sederet sikap tercela lainnya pada anak. Hingga membuahkan petaka dan penyesalan di penghujungnya. Lalu bagaimanakah wujud cinta kita yang benar kepada anak?

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah teladan agung yang telah memberikan contoh kepada kita. Beliau adalah orang yang begitu besar rasa kasih sayangnya terhadap anak-anak. Sejarah hidup Beliau telah menorehkan kumpulan petunjuk, bagaimana mewujudkan rasa cinta kepada anak, bagaimana mencurahkan cinta kepada anak secara seimbang dan proporsional. Hingga kita dan sang buah hati kesayangan menuai kebahagiaan di dunia dan akhirat, biidznillah. Itulah wujud cinta yang hakiki, sehingga akan membuahkan kesuksesan sejati.

Untuk itu, agar kecintaan dan perasaan kasih-sayang kita kepada anak seimbang dan benar sesuai dengan kaidah dan pedoman yang Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan, maka kita harus membangunnya, sebagaimana kaidah-kaidah berikut.

ALLAH DAN RASULNYA HARUS DIDAHULUKAN
Orang tua mencintai anak ada batasannya. Begitu juga anak mencintai bapak-ibunya ada batasannya. Yakni, seorang mukmin wajib mendahulukan cinta kepada Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam dari segala macam kecintaan. Sehingga, cinta anak tidak boleh mengalahkan cinta Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seorang muslim harus mengutamakan perintah Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam, tunduk terhadap ajaran agama serta menjauhi segala larangan syari’at.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu , Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ, لاَ يُؤْمِنُ أحَدُكُمْ حَتَّى أكُوْنَ أحَبَّ إلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أجْمَعِيْنَ.

Dan demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya. Tidaklah salah seorang diantara kalian beriman, hingga aku lebih dicintai daripada bapaknya, anaknya dan semua umat manusia. [Muttafaqun’alaih].

Imam Tirmidzi meriwayatkan kisah Salman bin Amr bin Al Ahwas Radhiyallahu 'anhu. Salman menuturkan,”Bapakku telah bercerita kepadaku, bahwa ia ikut hadir pada haji Wada’ bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah memuji dan menyanjung Allah Azza wa Jalla serta memberi peringatan dan nasihat. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,’Janganlah orang tua melakukan kejahatan kepada anak, dan begitu juga anak jangan berbuat kejahatan kepada orang tua’.”

Pernah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca firman Allah Azza wa Jalla.

وَاعْلَمُوا أَنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَأَنَّ اللهَ عِندَهُ أَجْرُُ عَظِيمُُ

Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan. (Al Anfal:28), ketika melihat Hasan bin Ali terpeleset sementara ia seorang bocah kecil, dan ketika itu Rasulullah sedang berkhutbah lalu turun untuk menggendongnya.[1]

JANGAN BAKHIL, BODOH DAN MENJADI ORANG PENGECUT KARENA ANAK
Dari Khaulah binti Hukaim, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah keluar dari rumah sedang menggendong salah seorang cucunya, maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

والله إنَّكُمْ لَتُبَخِّلُوْنَ وَتُجَبِّنُوْنَ وَتُجَهِّلُوْنَ وَ إنَّكُمْ لَمِنْ رَيْحَانِ الله.

Dan demi Allah, sesungguhnya kalian membuat bakhil, membuat pengecut dan membuat bodoh (orang tua). Dan kalian laksana bunga raihan karunia dari Allah.[2]

Dari Hakim dari Al Aswad bin Khalaf dan Thabrani dari Khaulah binti Hukaim berkata, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memegang tangan Al Hasan, lalu Beliau menciumnya seraya Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ مَجْهَلَةٌ مَخْزَنَةٌ.

Sesungguhnya anak itu membuat bakhil, pengecut, bodoh dan menyusahkan (orang tua).[3]

Ada beberapa komentar ulama tentang makna hadits di atas. Zamakhsyary berkata,”Anak menjatuhkan orang tua kepada sifat bakhil dalam masalah harta benda dengan alasan masa depan anak. Orang tua menjadi bodoh karena sibuk mengurus anak hingga lalai mencari ilmu. Orang tua menjadi pengecut hingga takut terbunuh, khawatir nanti anaknya terlantar. Dan orang tua dibuat sedih karena berbagai masalah dan problem yang timbul dari anak. Adapun sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam “Kalian laksana bunga raihan karunia dari Allah”, karena orang tua mencium dan memeluk anak, bagaikan mencium bunga raihan yang ditumbuhkan Allah.” [4]

Dan obat dari semua sifat tercela tersebut, baik bakhil, pengecut dan bodoh, adalah dengan berpegang teguh kepada manhaj Islam, yaitu manhaj yang telah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan kepada para sahabatnya, pendidikan yang dibangun di atas kecintaan kepada Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ketaatan secara total.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, ”Sesungguhnya saya dalam keadaan susah”. (Kemudian) Beliau menyuruh untuk menemui salah seorang isterinya, ia berkata,”Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, tidak ada sesuatu dalam rumahku, kecuali air”. Lalu Beliau menyuruh untuk menemui isteri yang lain, dan ia mengatakan hal yang sama. Tetapi semua juga mengatakan seperti itu. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,”Barangsiapa bisa menyambut tamu, Allah Azza wa Jalla akan merahmatinya.” Kemudian ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang bernama Abu Thalhah berkata, ”Saya, wahai Rasulullah,” Maka ia mengajak tamu ke rumahnya, dan Abu Thalhah berkata kepada isterinya,”Apakah engkau punya makanan?” Isterinya menjawab,”Tidak, kecuali makanan untuk anak-anak.” Ia berkata, ”Hiburlah dan tidurkan mereka. Dan bila tamu kita datang, maka tampakkan bahwa kita punya makanan. Dan bila tamu kita sedang makan, maka bangkitlah ke arah lampu pura-pura ingin membenahi, lalu matikanlah lampu itu.” Isterinya pun mengerjakan perintah itu. Setelah tamu tersebut makan, maka Abu Thalhah semalam bersama isterinya tidur menahan lapar. Lalu pada pagi hari ia datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Beliau bersabda, ”Sungguh, Allah kagum atau tertawa terhadap tindakan fulan dan fulanah, maka turunlah firman Allah.” [5]

وَيُوْسِرُو نَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَا صَةٌ

Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)

Dalam riwayat lain Nabi bersabda.

قَدْ عَجِب الله مِنْ صَنِيْعِكُمَابِضَيْفِكُمَا

Allah sangat kagum terhadap sikap kalian berdua terhadap tamu kalian.

Inilah obat penyakit bakhil yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada para sahabat. Maka semestinya kita meniru dan mengikuti jejak mereka, karena mereka adalah sebaik-baik panutan dalam pendidikan yang benar.

Dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu berkata, ”Suatu hari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memerintahkan kami agar bersedekah. Dan ketika itu, aku sedang memiliki harta yang sangat banyak. Maka aku berkata,’Hari ini aku akan mampu mengungguli Abu Bakar’. Lalu aku membawa separuh hartaku untuk disedekahkan. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya,”Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Aku menjawab,”Aku tinggalkan untuk keluargaku semisalnya”. Lalu Abu Bakar datang membawa semua kekayaannya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya,”Wahai, Abu Bakar. Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Ia menjawab,”Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan RasulNya.” Maka aku (Umar) berkata,”Aku tidak akan bisa mengunggulimu selamanya.” [6]

Inilah perlombaan dalam kedermawanan, cinta sedekah dan lebih mengutamakan orang lain. Maka ajarilah anak-anak kita di atas ajaran kebaikan, dan janganlah menjadikan cinta kepada anak membuat kita mengalahkan cinta Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam.

SABAR TERHADAP COBAAN DARI ANAK
1. Sabar atas cobaan ketika anak sakit.
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ يَنْزِلُ بِالْمُؤْمِنِ وَ الْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّي يَلْقَي الله وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيْئَةٍ وَفِي رِوَايَةٍ لِمَالِكٍ: وَمَا يَزَالُ الْمُؤْمِنُ يُضَارُّ فِي وَلَدِهِ وَحَامَتِهِ حَتَّي يَلْقَي الله وَلَيْسَتْ لَهُ خَطِيْئَةٌ.

Tidaklah musibah terus menimpa terhadap seorang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan pada dirinya, anaknya dan harta bendanya hingga nanti bertemu Allah tidak tersisa kesalahan sama sekali. Dalam sebagian riwayat imam Malik: Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah pada anaknya dan sanak kerabatnya hingga nanti bertemu Allah tidak tersisa kesalahan sama sekali. [7]

Abu Dawud meriwayatkan dari Muhammad bin Khalid As Sulami dari bapaknya dari kakeknya, salah seorang sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إنَّ الْعَبْدَ إذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنَ الله منزلة فَلَمْ يَبْلُغْهَا ابْتَللاَهُ الله تَعَالَى فِي جَسَدِهِ أوْ فِي مَالِهِ أوْ فِي وَلَدِهِ.

Sesungguhnya, apabila seorang hamba ingin mendapatkan kedudukan tinggi dari sisi Allah sementara tidak sampai, maka Allah akan menimpakan musibah pada jasadnya atau harta bendanya atau anaknya”.

Dalam riwayat lain disebutkan: Kemudian Allah memberi kesabaran hingga sampai kepada derajat yang diinginkan oleh Allah.

2. Sabar menghadapi kematian anak.
Allah Azza wa Jalla berfirman.

وَأَمَّا الْغُلاَمُ فَكَانَ أَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِينَآ أَن يُرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَكُفْرًا {80} فَأَرَدْنَآ أَن يُبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِنْهُ زَكَاةً وَأَقْرَبَ رُحْمًا

Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan Kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak yang lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya). [Al Kahfi: 80, 81].

Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata,”Kecintaan kedua orang tua kepada anaknya akan membuat mereka mengikuti anak dalam kekufuran.”

Abu Qatadah berkata,”Ketika anak terlahir, kedua orang tua bergembira. Dan ketika anak terbunuh, mereka sedih. Sehingga bila anak tersebut tetap hidup, maka akan menjadi sumber kehancuran bagi orang tua. Hendaknya kedua orang tua bersabar dan menerima ketentuan takdir Allah Azza wa Jalla, karena putusan Allah Azza wa Jalla atas seorang mukmin dalam hal yang tidak menyenangkan, mungkin lebih baik daripada dalam hal yang menyenangkan hati.”

Dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ الله لِمَلَائِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي؟ فَيَقُوُلُوْنَ: نَعَمْ فَيَقُوْلُ: قَبَضْتُمْ ثَمْرَةَ فُؤَادِهِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: نَعَمْ. فَيَقُوْلُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَكَ. فَيَقُوْلُ: اُبْنُوْا لِعَبْدِي بَيْتاً فِي الْجَنَّةِ وَسَمُّوْهُ بَيْتَ الْحَمْدِ.

Jika putera seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada Malaikat,”Kalian telah mengambil putera hambaku?” Mereka berkata,” Ya.” Allah berfirman,”Kalian telah mengambil buah hati hambaku?” Mereka berkata,”Ya.” Allah berfirman,”Apa yang diucapkan oleh hambaku?” Mereka berkata,”Ia memujiMu dan mengembalikan kepadaMu.” Maka Allah berfirman,”Bangunkanlah rumah di surga, dan berilah nama dengan Baitul Hamd.” [8]

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam masuk rumah dan bertemu dengan anak Beliau, Ibrahim, maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menaruh kasihan kepadanya sementara kedua matanya berlinang air mata. Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, ”Wahai, Rasulullah. Mengapa engkau menangis?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Wahai, Ibnu Auf. Ini adalah rahmat, kemudian diikuti dengan yang lainnya.” Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

إنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلاَ نَقُوْلُ إلَّا مَا يَرْضَي رَبُّنَا إنَّا بَفِرَاقِكَ يَا إبْرَاهِيْمُ لَمَحْزُوْنُوْنَ.

Mata melelehkan air mata, hati bersedih, namun kita tidaklah berucap kecuali dengan sesuatu yang membuat ridha Rabb kami dan sesungguhnya kami sangat bersedih berpisah denganmu, wahai Ibrahim.

Ibnu Hajar Al Asqalani membawakan komentar tentang hadits di atas: Ibnu Baththal dan ulama selain dia berkata: ”Hadits di atas menjelaskan tangisan yang mubah. Juga kesedihan yang diperbolehkan, yaitu dengan linangan air mata dan kesedihan hati tanpa harus dibarengi dengan perasaan tidak terima dan benci terhadap keputusan Allah Azza wa Jalla. Demikian itu makna yang paling jelas dalam hadits tersebut. Dalam hadits di atas, juga terdapat anjuran untuk mencium, memeluk anak, menyusui bayi, menjenguk anak kecil yang sedang sakit, menghadiri orang yang sedang menghadapi sakaratul maut, menyayangi anak kecil dan keluarga, dan boleh mengabarkan kesedihan, walaupun bila bisa menyembunyikannya itu lebih baik. Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang lain, karena ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbicara dengan anaknya, anak tersebut belum faham pembicaraan karena dua hal: yang pertama, karena dia masih sangat kecil, dan yang kedua, karena ia sedang menghadapi sakaratul maut. Apabila yang diinginkan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits ini adalah semua orang, maka tangisan tersebut tidak termasuk dalam jenis tangisan yang dilarang”.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda.

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوْتُ لَهُ ثَلَاثَةٌ لَمْ يَبْلُغُوْا الحنث إلاَّ أدْخَلَهُ الله اْلْجَنَّةَ بِفَضْلِ رَحْمَتِهِ إيَّاهُمْ.

Tidaklah seorang muslim ditinggal mati oleh tiga anakanya yang belum mencapai umur baligh, melainkan Allah akan memasukkannya ke dalam surga karena karunia dan rahmatNya kepada mereka.

Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, juga dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

لاَ يَمُوْتُ لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ لَا تَمَسُّهُ النَّارُ إلَّا تِحْلَةُ الْقَسَمِ.

Tidaklah seorang muslim tiga anaknya meninggal dunia tidak akan terkena neraka, kecuali hanya sekedar penebus ketentuan. [9]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

لاَ يَمُوْتُ لإحْدَاكُنَّ ثَلَاثَةٌ مِنَ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبُهُمْ إلَّا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ. وَاثْنَانِ

Tidaklah salah seorang di antara kalian tiga anaknya meninggal dunia lalu bersabar, kecuali ia masuk surga. Dan dua anak juga. [HR Bukhari dan Muslim].

Allah Azza wa Jalla juga akan memberi penghargaan kepada seorang mukmin, berupa pertemuan di surga dengan anak cucunya sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآأَلَتْنَاهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. [Ath Thur:21].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa anak kecil lalu berkata, ”Wahai, Rasulullah. Berdo’alah untuknya, karena aku menguburkan tiga anak.” Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda, ”Engkau telah memasang tirai yang kuat dari api neraka. Ia memanggil di pintu surga, lalu diantara mereka yang bertemu dengan bapaknya lalu memegang baju orang tuanya dan tidak dilepaskan hingga memasukkan ke dalam surga.” [HR Muslim].

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu berkata, bahwa ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu berkata,”Wahai, Rasulullah. Sesungguhnya kami tidak mampu bertemu denganmu di suatu majlis, maka berilah janji waktu pada suatu hari agar kami bertanya tentang agama?” Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm bersabda,”Kita akan bertemu di rumah fulan.” Maka Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam datang pada hari yang telah dijanjikan dan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

مَا مِنْكُمْ امْرَأةٌ يَمُوْتَ لَهَا ثَلَاثٌ مِنَ الْوَلَدِ فَتَحْتَسِبُهُمْ إلَّا دَخَلَتْ الْجَنَّةَ. قاَلَتِ امْرَأةٌ وَاثْناَنِ قَالَ: وَاثْناَنِ.

Tidaklah salah seorang wanita di antara kalian tiga anaknya meninggal dunia lalu bersabar berharap pahala, kecuali ia masuk surga. Seorang wanita bertanya,”Bila yang meninggal dunia dua anak?” Beliau bersabda,”Dan dua anak juga.” [HR Muslim].

Kepada saudaraku kaum muslimin, para orang tua sekaligus murabbi (pendidik) generasi umat......, janganlah meremehkan kebaikan yang bisa kita lakukan, meskipun hanya kecil sekalipun. Marilah kita mencurahkan perhatian untuk berbuat yang sebaik-baiknya bagi anak-anak kita. Semoga Allah memudahkan dan meringankan langkah kita untuk menggapai keridhaanNya.

(Diangkat dan diterjamahkan Ummu Rasyidah, dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Salihan, karya Al Akh Al Maghribi bin As Sayyid Mahmud Al Maghribi).

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VIII/1425H/2004M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Tirmidzi, 3774; An Nasa’i, 3/192; dari hadits Buraidah tentang Hasan dan Husain. Tirmidzi berkata,”Ini hadits hasan gharib.”
[2]. Riwayat Imam Ahmad, 2/409 dan Tirmidzi, 1910.
[3]. Riwayat Ibnu Majah, 3666; Shahihul Jami’, 1/1990.
[4]. Manhaj Tarbawiyyah Nubuwah Lithafal, 198.
[5]. HR Bukhari Muslim
[6]. Riwayat Tirmidzi, 3675; Hakim dalam Mustadrak, 1/414 dan dia berkata: Shahih.
[7]. Dikeluarkan Tirmidzi, 2401; Ahmad, 2/450; Shahihul Jami’, 2/2815 dan di dalam Ash Shahihah, 2280
[8]. Riwayat Tirmidzi, 1021 dan dia berkata: “Hadits hasan shahih.”; Jami’ush Shaghir, 1/795; Ash Shahihah, 1407.
[9]. Yaitu ketentuan Allah dalam firmannya. Lihat Fathul Bari jilid 3/461-463 (redaksi).

http://almanhaj.or.id/ 

Selasa, 29 Maret 2011

Marry You

It's a beautiful night
We're looking for something dumb to do
Hey baby
I think I wanna marry you

Is it the look in your eyes
Or is it this dancing juice?
Who cares, baby
I think I wanna marry you

Well, I know this little chapel
On the boulevard we can go
No one will know
Oh, come on girl

Who cares if we're trashed
Got a pocket full of cash we can blow
Shots of patron
And it's on, girl

Don't say no, no, no, no, no
Just say yeah, yeah, yeah, yeah, yeah
And we'll go, go, go, go, go
If you're ready, like I'm ready

'Cause it's a beautiful night
We're looking for something dumb to do
Hey baby
I think I wanna marry you

Is it the look in your eyes
Or is it this dancing juice?
Who cares, baby
I think I wanna marry you

I'll go get a ring
Let the choir bells sing like
Ooh, so what ya wanna do?
Let's just run, girl

If we wake up and you
Wanna break up, that's cool
No, I won't blame you
It was fun, girl

Don't say no, no, no, no, no
Just say yeah, yeah, yeah, yeah, yeah
And we'll go, go, go, go, go
If you're ready, like I'm ready

'Cause it's a beautiful night
We're looking for something dumb to do
Hey baby
I think I wanna marry you

Is it the look in your eyes
Or is it this dancing juice?
Who cares, baby
I think I wanna marry you

Just say I do
Tell me right now, baby
Tell me right now, baby, baby

Just say I do
Tell me right now, baby
Tell me right now, baby, baby, oh

It's a beautiful night
We're looking for something dumb to do
Hey baby
I think I wanna marry you

Is it the look in your eyes
Or is it this dancing juice
Who cares, baby
I think I wanna marry you

Senin, 28 Maret 2011

Sosis Solo

Bahan:
5 btr telur
125 ml santan
1/4 sdt garam

Isi:
200 gr daging cincang
1 btr telur
3 sdm santan kental






Bumbu halus:
5 bh bawang merah
3 siung bawang putih
1 sdt ketumbar
1/4 sdt jinten
3 btr kemiri
1 sdt garam

Cara membuat:
1. Aduk rata bumbu halus, daging cincang, telur, dan santan kental, sisihkan.
2. Kocok telur hingga lepas, tambahkan santan, garam, aduk rata. Buat dadar tipis-tipis dengan garis tengah 18 cm.
3. Ambil selembar dadar, isi dengan adonan daging di tengah, lipat bentuk amplop, gulung. Lakukan hingga adonan habis, kukus hingga matang.
4. Panaskan sedikit minyak, goreng hingga kuning.

Untuk 15 buah
(DOK. NOVA)

Panada

Bahan:
400 gr tepung terigu
1 bgks ragi instan
2 btr telur
2 sdm gula pasir
1/2 sdt garam
175 ml santan


Isi:
300 gr ikan pindang tongkol, kukus, suwir-suwir
1 ikat daun kemangi, petik daunnya
2 helai daun pandan, iris tipis
5 lbr daun jeruk, iris tipis
150 ml santan
3 sdm minyak untuk menumis

Haluskan:
8 bh cabai merah
2 btr kemiri
2 cm jahe
6 bh bawang merah
3 siung bawang putih
1 sdt garam
1 sdt gula merah

Cara membuat:
1. Buat isi: panaskan minyak, tumis bumbu halus, daun jeruk, dan daun pandan sampai harum. Masukkan bumbu halus, masak kembali hingga bumbu matang.
2. Tambahkan ikan, santan, dan garam, masak sampai kering. Sebelum diangkat, masukkan daun kemangi, aduk rata.
3. Buat kulit: campur tepung terigu, ragi instan, dan gula pasir, aduk rata. Masukkan telur dan santan sambil diuleni sampai adonan kalis. Diamkan selama 30 menit.
4. Kempiskan adonan, timbang masing-masing 30 gr. Tipiskan adonan, masukkan isi. Bentuk seperti pastel, pilin bagian pinggirnya.
5. Goreng dalam minyak dengan api sedang sampai kue berwarna kuning kecoklatan.

Tips:
Saat menggoreng panada, sebaiknya api jangan terlalu panas agar kue matang sampai ke dalamnya.

Untuk 10 orang

Resep: Nuraini W., Erwin K.
Uji Dapur: Klub Nova
Penata Saji: R. Rudy Gunawan

Senin, 21 Maret 2011

Selangkah Lebih Dekat Mengenal Anemia

DEFINISI

Anemia adalah kondisi dimana tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah untuk mencukupi kebutuhan oksigen jaringan tubuh anda. Jika anda terkena anemia, anda akan merasa sangat lemah. Anemia dapat bersifat sementara atau lama dan dapat bervariasi dari yang ringan hingga berat.

Jika anda terkena anemia, hendaknya segera temui dokter anda karena anemia dapat menjadi tanda dari penyakit yang serius. Pengobatan anemia bisa berupa pemberin suplemen sampai tindakan medis. Anda dapat mencegah anemia dengan makan makanan yang bergizi.

GEJALA


Tanda dan gejala anemia antara lain:
•    Lemah
•    Kulit pucat
•    Detak jantung cepat atau tidak teratur
•    Napas pendek
•    Nyeri pada dada
•    Pusing
•    Tangan dan kaki terasa dingin
•    Sakit kepala

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab

Darah terdiri dari plasma dan sel. Ada tiga jenis sel darah:
•    Sel darah putih (leukosit). Sel darah ini berguna untuk melawan infeksi.
•    Platelets / keping darah. Sel darah ini membantu membekukan darah saat terluka.
•     Sel darah putih (eritrosit). Sel darah merah ini membawa oksigen dari paru-paru melalui aliran darah menuju otak dan organ serta jaringan lain. Tubuh memerlukan suplai oksigen untuk berfungsi. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang merupakan protein yang kayak dengan zat besi yang memberikannya warna merah.

Banyak sel darah diproduksi oleh sumsum tulang belakang. Untuk dapat memproduksi sel darah merah dan hemoglobin, tubuh anda membutuhkan zat besi, mineral, protein dan vitamin lainnya dari makanan yang anda makan.

Penyebab umum anemia
Anemia terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu sedikit sel darah merah, kehilangan terlalu banyak sel darah merah atau mematikan sel darah merah lebih banyak daripada menggantinya. Beberapa jenis anemia dan penyebabnya adalah:

•    Iron deficiency anemia. Penyebab anemia jenis ini adalah kekurangan zat besi di tubuh. Sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin. Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak akan memproduksi cukup hemoglobin untuk sel darah merah.

•    Vitamin deficiency anemia. Sebagai tambahan dari zat besi, tubuh juga membutuhkan folat dan vitamin B-12 untuk menghasilkan cukup sel darah merah. Asupan makanan yang rendah zat tersebut dan nutrisi penting lain dapat menyebabkan penurunan produksi sel darah merah. Sebagai tambahan, beberapa orang tidak dapat dengan efektif menyerap vitamin B-12.

•    Anemia of chronic disease. Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah, menghasilkan anemia kronis. Gagal ginjal juga dapat menyebabkan anemia.

•    Aplastic anemia. Jenis ini sangat jarang terjadi dan merupakan kondisi yang mengancam jiwa. Ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan sumsum tulang belakang untuk menghasilkan ketiga jenis sel darah. Penyebabnya tidak diketahui.

•    Anemias associated with bone marrow disease. Kondisi seperti leukemia dan myelodysplasia dapat menyebabkan anemia yang menyebabkan produksi darah di sumsum tulang belakang berkurang.

•    Hemolytic anemias. Ini terjadi ketika sel darah merah hancur lebih cepat dan sumsum tulang belakang tidak mampu mengimbanginya dengan menghasilkan sel darah merah pengganti. Penyakit tertentu seperti gangguan pada darah dapat menjadi penyebab. Serta gangguan autoimun tubuh dapat menyebabkan tubuh menghasilkan antibodi terhadap sel darah merah sehingga menghancurkan sel darah merah.

•    Sickle cell anemia. Jenis anemia ini disebabkan oleh kecacatan bentuk hemoglobin yang membuat sel darah merah terbentuk seperti sabit. Sel darah merah ini mati secara prematur dan menyebabkan kondisi kronis kurangnya sel darah merah.

•    Anemia lain. Anemia jenis ini berbeda dari yang lain, antara lain thalassemia dan anemia yang disebabkan oleh kecacatan hemoglobin.


Faktor risiko

Beberapa faktor yang mungkin meningkatkan peluang terjadinya anemia antara lain:
•    Rendahnya asupan gizi pada makanan.
•    Gangguan kesehatan usus kecil atau operasi yang berkenaan dengan usus kecil.
•    Menstruasi.
•    Kehamilan.
•    Kondisi kronis seperti kanker, gagal ginjal atau kegagalan hati.
•    Faktor keturunan.

Infeksi tertentu seperti gangguan pada darah dan autoimun, terkena racun kimia, dan menggunakan beberapa obat yang berpengaruh pada produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.

Risiko lain adalah diabetes, alkohol dan orang yang menjadi vegetarian ketat dan kurang asupan zat besi atau vitamin B-12 pada makanannya.


Pencegahan

Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Tapi anda dapat membantu menghindari iron deficiency anemia dan vitamin deficiency anemias dengan makanan sehat yang mengandung:
•    Zat besi. Dapat ditemukan pada daging. Jenis lain adalah kacang, sayuran berwana hijau gelap, buah yang dikeringkan, dan lain-lain.

•    Folat. Dapat ditemukan pada jeruk, pisang, sayuran berwarna hijau gelap, kacang-kavangan, sereal dan pasta.

•    Vitamin B-12. Vitamin ini banyak terdapat pada daging dan susu.

•    Vitamin C. Vitamin C membantu penyerapan zat besi. Makanan yang mengandung vitamin C antara lain jeruk, melon dan buah beri.

Makanan yang mengandung zat besi penting untuk mereka yang membutuhkan zat besi tinggi seperti pada anak-anak, wanita menstruasi dan wanita hamil. Zat besi yang cukup juga penting untuk bayi, vegetarian dan atlet.


http://health.kompas.com/ 

Dysmenorrhoea

DEFINISI

Dysmenorrhoea adalah istilah medis untuk nyeri pada saat menstruasi. Nyeri ini biasanya terasa seperti denyutan atau kejang pada daerah di bawah area perut. Pada beberapa wanita, nyeri ini biasanya hanya terjadi sebelum atau saat menstruasi. Tetapi pada wanita lainnya dapat menjadi cukup parah untuk mempengaruhi aktivitas harian selama beberapa hari setiap bulan.


GEJALA

Dysmenorrhoea memiliki tanda dan gejala antara lain :

•    Rasa seperti berdenyut dan kejang pada daerah di bawah area perut
•    Nyeri yang menyebar ke punggung bagian bawah dan paha

Beberapa wanita juga mengalami :

•    Mual dan muntah
•    Berkeringat
•    Pusing

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab

Pada saat menstruasi uterus berkontraksi untuk membantu mengeluarkan darah kotor. Prostaglandins yang diproduksi oleh tubuh yang menyebabkan rasa nyeri dan peradangan, memicu otot rahim berkontraksi. Kadar prostaglandins yang tinggi menyebabkan nyeri yang lebih parah. Banyak ahli percaya nyeri pada kontraksi ini dikarenakan penyempitan pembuluh darah yang menuju uterus.

Dysmenorrhoea juga dapat disebabkan oleh:
•    Endometriosis. Adalah suatu penyakit di mana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut.

•    Uterine fibroids. Ini adalah tumor junak yang tumbuh di dinding uterus dan rang menimbulkan nyeri.

•    Adenomyosis. Kondisi dimana jaringan yang ada pada uterus tumbuh ke dinding otot uterus.

•    Pelvic inflammatory disease (PID). Infeksi pada organ reproduksi wanita yang biasanya disebabkan oleh bakteri.

•    Cervical stenosis. Pada beberapa wanita, pembukaan leher rahim mungkin sangat kecil sehingga menghambat aliran menstruasi dan menyebabkan nyeri akibat tekanan pada uterus.


Faktor risiko

Faktor risiko yang terkait dengan dysmenorrhoea antara lain:
•    Berusia dibawah 20 tahun
•    Masa puber yang terlalu dini (usia 11 atau lebih muda)
•    Pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia)
•    Belum pernah memiliki bayi

Kenal Lebih Dekat dengan Ketombe

DEFINISI

Ketombe adalah kondisi kronis dimana terjadi kerontokan pada kulit kepala, yang ditandai dengan gatal dan pengelupasan kulit kepala. Meskipun ketombe tidak menular dan jarang yang serius tapi hal ini bisa memalukan dan terkadang sulit untuk diobati.

Berita baiknya, ketombe biasanya dapat dikontrol. Pada kasus yang ringan hanya membutuhkan tidak lebih dari mencuci rambut setiap hari dengan pembersih yang lembut. Pada kasus yang lebih sulit seringkali membutuhkan sampo medis.


GEJALA

Pada banyak remaja dan orang dewasa, gejala ketombe mudah dilihat yaitu serbuk putih, serpihan kulit mati pada kepala yang berminyak berupa titik-titik pada rambut dan pundak dan terasa gatal.

Jenis ketombe yang disebut cradle cap dapat terkena pada bayi. Penyakit ini, yang menyebabkan kerontokan kulit kepala, adalah yang paling umum terjadi pada bayi yang baru lahir, tetapi dapat terjadi setiap waktu sampai pada masa kanak-kanak. Meskipun menjadi peringatan bagi orang tua, cradle cap tidak berbahaya dan biasanya hilang seiring dengan waktu. 

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab

Ketombe dapat memiliki beberapa penyebab, yaitu:
•    Kulit kering. Kulit kering adalah banyak penyebab kegatalan dan kerontokan kulit kepala. Serpihan dari kulit kering secara umum lebih kecil dan sedikit berminyak daripada kasus lain dari ketombe.

•    Iritasi, kulit berminyak (seborrheic dermatitis). Kondisi ini sering menyebabkan ketombe. Ditandai dengan kemerahan, kulit berminyak yang tertutup serpihan putih atau sisik kuning. Seborrheic dermatitis berakibat tidak hanya pada kulit kepala tetapi juga area lain yang memiliki banyak kelenjar minyak, seperti alis mata, sisi hidung dan di belakang telinga, dada dan terkadang pada ketiak.

•    Sering tidak menggunakan sampo. Jika anda tidak membersihkan rambut secara teratur, minyak dan sel kulit pada kulit kepala dapat terbentuk, yang menyebabkan ketombe.

•    Psoriaris. Penyakit kulit ini menyebabkan akumulasi sel kulit yang mati membentuk sisik perak. Psoriaris biasanya terjadi pada lutut, siku, dan bagian badan lain, tetapi juga dapat terjadi pada kulit kepala.

•    Eksim. Jika anda memiliki eksim pada kulit kepala, kemungkinan anda akan terkena ketombe.

•    Sensitivitas terhadap produk perawatan rambut. Terkadang sensitivitas terhadap produk perawatan rambut tertentu atau cat rambut dapat menyebabkan kemerahan, gatal, dan kerontokan kulit kepala. Mencuci rambut dengan sampo terlalu sering atau menggunakan terlalu banyak produk untuk rambut juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit kepala, yang menyebabkan ketombe.

•    Ragi-seperti jamur (malassezia). Malassezia hidup di kulit kepala pada banyak orang dewasa tanpa menyebabkan masalah. Tapi terkadang jamur ini tumbuh diluar kendali dan memakan minyak yang keluar dari pori-pori kepala. Ini dapat menimbulkan iritasi pada kulit kepala dan menyebabkan banyak sel kulit tumbuh. Kelebihan sel kulit akan menyebabkan sebagian sel tersebut mati dan jatuh.

   
Faktor risiko
       
Hampir semua orang memiliki ketombe, tetapi faktor tertentu dapat membuat anda lebih rentan:
•    Usia. Ketombe biasanya dimulai pada saat usia muda. Tapi bagaimanapun juga bukan berarti orang dengan usia lanjut tidak memiliki ketombe. Untuk beberapa orang masalah ini dapat berlanjut untuk waktu yang lama.

•    Laki-laki. Karena lebih banyak laki-laki memiliki ketombe, beberapa ilmuan berpikir hormon laki-laki memiliki peran dalam mengakibatkan ketombe. Laki-laki juga memiliki lebih banyak produksi minyak kulit dan rambut yang berkontribusi menyebabkan ketombe.

•    Rambut dan kulit kepala yang berminyak. Malassezia memakan minyak pada kulit kepala. Untuk alasan itu, memiliki minyak pada kulit dan rambut secara berlebih membuat anda lebih rentan berketombe.

•    Diet yang salah. Jika diet anda kekurangan makanan yang mengandung zat besi, vitamin B atau lemak jenis tertentu, anda lebih mudah untuk berketombe.


http://health.kompas.com/ 

Berantas Jerawatmu!

DEFINISI

Jerawat, noda wajah, bintil, atau apapun anda menyebutnya, dapat menjadi sumber penderitaan dan mengganggu kepercayaan diri anda. Luka akibat jerawat dapat sembuh secara perlahan dan ketika salah satunya mulai teratasi jerawat lain akan timbul.
Hormon dapat menjadi penyebab tumbuhnya jerawat hal ini banyak terjadi pada masa remaja. Tetapi pada dasarnya semua orang di semua tingkatan usia dapat memiliki jerawat. Beberapa wanita dewasa memiliki jerawat karena hormon yang terjadi ketika masa kehamilan, siklus mentruasi, ataupun pada saat memulai atau berhenti mengkonsumsi pil KB.

GEJALA

Jerawat dapat tumbuh pada wajah, leher, dada, punggung dan bahu, tergantung pada daerah mana produksi minyak tinggi. Jerawat dapat berbentuk sebagai berikut :
•    Komedo (putih maupun hitam)
Terjadi jika pori-pori tertutup dan mengalami kebuntuan akibat minyak, sel kulit mati dan terkadang oleh bakteri.
•    Papula
Merupakan noda timbul pada permukaan kulit akibat peradangan dan infeksi pada pori-pori. Papula dapat berupa kemerahan yang halus pada kulit.
•    Postules
Merupakan noda merah yang timbul pada permukaan kulit dan terdapat nanah pada ujungnya.
•    Nodules
Merupakan noda yang besar, keras, benjolan yang perih dibawah permukaan kulit. Benjolan ini terbentuk akibat tumpukan keringat atau minyak yang tersumbat.
•    Kista
Kista terasa perih dan merupakan benjolan nanah dibawah permukaan kulit. Infeksi akan menjadikannya bisul yang dapat merusak kulit.

Penyebab & Faktor Risiko

Penyebab

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya jerawat :
a.    Produksi minyak yang berlebih
b.    Sel kulit mati yang berlebihan akan menimbulkan iritasi pada pori-pori.
c.    Berkembangnya bakteri pada kulit

Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit tersumbat oleh minyak dan sel kulit mati. Sumbatan ini dapat menjadi penyebab tonjolan pada pori-pori dan menjadi komedo yang berwarna putih. Atau, sumbatan dapat terbuka di permukaan kulit dan menghitam dan menjadi komedo yang berwarna hitam.

Jerawat akan menimbulkan titik merah dengan pusat berwarna putih yang tumbuh ketika pori-pori tersumbat meradang dan terinfeksi. Penutupan dan peradangan ini terjadi di dalam pori-pori kulit yang menghasilkan benjolan dibawah permukaan kulit yang disebut dengan kista.

Tidak diketahui apa yang menyebabkan meningkatnya produksi minyak yang menimbulkan jerawat. Tetapi beberapa hal – hormon, bakteri, perawatan medis tertentu dan keturunan – memainkan peran.

Jerawat bukan disebabkan oleh kotoran. Faktanya, menggosok kulit terlalu keras atau membersihkan wajah dengan sabun yang kasar atau zat kimia lain akan membuat iritasi pada kulit dan dapat menyebabkan jerawat bertambah parah. Pembersihan kulit secara sederhana untuk menghilangkan minyak dan sel kulit mati adalah hal yang diperlukan.

Faktor risiko

Perubahan hormon pada tubuh dapat memicu atau memperburuk jerawat. Perubahan ini biasa terjadi pada :
•    Remaja, baik laki-laki maupun perempuan
•    Wanita maupun anak gadis, pada dua sampai tujuh hari sebelum periode mentruasi
•    Wanita hamil
•    Orang-orang yang menggunakan pengobatan medis tertentu, termasuk adalah cortisone

Faktor risiko lain yang termasuk adalah :
•    Penggunaan secara langsung zat yang mengandung minyak pada kulit, atau penggunaan kosmetik tertentu secara langsung pada kulit.
•    Catatan dalam keluarga – jika orang tua anda memiliki jerawat, maka kemungkinan anda juga akan memiliki jerawat.
•    Gesekan atau tekanan pada wajah yang disebabkan oleh berbagai benda, seperti telepon ataupun telepon genggam, helm, kerah yang ketat dan tas punggung.

  Pencegahan

Saat jerawat yang anda alami membaik atau hilang, anda dapat melanjutkan pengobatan medis atau perawatan lainnya untuk mencegah timbulnya jerawat baru. Tanyakan pada dokter anda tentang bagaimana anda dapat mencegah timbulnya jerawat yang baru. Anda juga dapat mencegah timbulnya jerawat baru dengan tindakan perawatan diri sendiri seperti membersihkan kulit anda dengan pembersih yang lembut dan hindari menyentuh area yang bermasalah.
Tips lain untuk mencegah timbulnya jerawat adalah :
•    Bersihkan area kulit yang memiliki kencenderungan jerawat akan timbul dua kali sehari. Membersihkan kulit akan menghilangkan kelebihan minyak dan sel kulit mati. Akan tetapi jika terlalu banyak dapat membuat kulit iritasi. Bersihkan kulit dengan pembersih yang lembut dan gunakan yang bebas dari kandungan minyak. Gunakanlah produk perawatan kulit yang berbahan dasar air.
•    Gunakan krim atau jel penghilang jerawat untuk membantu kulit tetap kering dari minyak yang berlebih. Gunakan produk yang mengandung benzoyl peroxide atau salicylic acid sebagai bahan aktif.
•    Hindari foundation  makeup yang berat. Gunakan kosmetik krim sebagai alas sebelum kosmetik bubuk dipakai.
•    Bersihkan makeup sebelum tidur. Tidur dengan kosmetik yang masih menempel pada kulit dapat menyumbat pori-pori kulit. Pastikan juga untuk tidak menggunakan kosmetik lama bersihkan peralatan kosmetik anda secara berkala dengan air sabun.
•    Hindari pakaian ketat. Pakaian yang ketat dapat menyimpan panas dan uap air dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Hindari juga tali / karet, tas punggung, helm atau peralatan olahraga yang ketat untuk mencegah tekanan pada kulit.
•    Mandilah setelah berolah raga atau setelah melakukan pekerjaan yang berat. Minyak dan keringat pada kulit dapat menahan kotoran dan bakteri. 


http://health.kompas.com/ 

Kamis, 17 Maret 2011

Seblak Basah

Bahan:
  • Kerupuk udang atau kerupuk kemplang (1/4 kg)
  • Cabe rawit hijau atau merah sesuai selera (sekitar 10-20 biji)
  • Garam dan gula putih secukupnya
  • Air panas untuk merendam kerupuk
  • Cikur 2 ruas jari
  • Bawang Putih 2 siung
  • Bawang merah 3 siung
  • Minyak sayur untuk menumis
Cara membuat:
  • Masukkan bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan cikur ke dalam ulekan, lalu ulek.
  • Siapkan air panas pada mangkok atau tempat yang dapat dipakai untuk merendam kerupuk.
  • Rendam kerupuk selama beberapa menit. (tingkat kelembekkan kerupuk sesuai selera, tapi sebaiknya jangan terlalu lembek).
  • Nyalakan kompor, siapkan wajan dengan minyak secukupnya.
  • Panaskan minyak.
  • Kalau  minyak sudah panas, masukkan bahan-bahan yang sudah diulek tadi. bersihkan ulekan dengan sedikit air lalu masukkan ke wajan agar nantinya bahan-bahan tersebut bisa meresap ke kerupuk. 
  • setelah tumisan bumbu menguap, masukkan kerupuk. ( buang air rendamannya)
  • Tambahkan gula putih dan garam secukupnya sesuai selera.
  • Oseng-oseng sampai bahan tercampur merata dengan kerupuk. (Usahakan jangan sampai masih ada air di tumisan)
  • Jika sudah merata, matikan kompor.
  • Sajikan seblak basah saat masih hangat (atau bahkan masih panas) agar lebih mantap sensasi pedasnya!
Selamat mencoba. ^^

Saus Daging Spaghetti

Bahan:
250 g spaghetti, rebus, tiriskan
300 g daging sapi cincang
100 ml susu tawar cair
60 g wortel potong dadu korek api
100 g brokoli, potong menurut kuntum
60 g keju parut
2 sdm pasta tomat
3 sdm saus tomat
2 buah tomat, rebus, haluskan
2 sdm mentega
1 sdm olive oil
Bumbu:
60 g bawang bombay cincang
2 siung bawang putih, cincang
2 sdt bubuk oregano
1 sdt bubuk daun basil
½ sdt bubuk bay leaf
½ sdt pala halus
½ sdt lada halus
½ sdt garam halus
Cara Membuat:
  1. Didihkan air dengan ½ sdt garam, rebus spaghetti hingga matang. Angkat, sisihkan.
  2. Saus daging: Panaskan mentega dan olive oil, tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum. Masukkan daging cincang, aduk hingga daging berubah warna. Tuang saus tomat, tomato pasta, rebusan tomat, wortel, brokoli dan susu tawar cair. Masak hingga mendidih dan semua bahan matang. Angkat. Sisihkan.
  3. Penyajian: Siapkan pinggan saji, atur spaghetti, sesaat sebelum disajikan, siram dengan sasu daging dan taburi keju parut. Hidangkan hangat.
Untuk 3 porsi
Tip: Spaghetti hendaknya direbus bersamaan saat membuat saus agar saat dihidangkan spaghetti masih panas. Spaghetti juga bisa di masukkan ke dalam saus dan di masak sebentar.

http://myhobbyblogs.com/

Selasa, 15 Maret 2011

Challenges to The Leadership

By Sahibzada Hussain Mohi-ud-Din Qadri

The devastating floods that continue to sweep through all the four provinces of Pakistan including AJK have left behind stories of miseries, pain and anguish. According to the UN assessment, the total damage done by these floods is more than the combined devastation of the Tsunami in 2004 and earthquake 2005, which rocked KP and AJK. In his urgent dash to Islamabad, UN Secretary General Ban Ki Moon held meetings with the Pakistan leadership to review the flood situation and visited the flood affected areas. The UN has already appealed for $460m on emergency basis to cope up with the challenge. It warned that in case of slow response, there would be huge humanitarian crisis as around 20 million people face the prospects of starvation, and outbreak of epidemics. There is no denying the fact that nothing can be done to avert the natural disasters. However, it is the rescue and relief phase by which the damage can be minimised and many precious lives saved. This is the area where the government and its leadership has major role to play. It is an unfortunate commentary on the state of affairs in Pakistan that raging floods exposed the inadequacy, incompetence and lack of vision of the ruling elite with the result that millions of people including women and children were left on their own to fend for themselves. Following points are instructive in this regard:

Firstly, the earthquake 2005 brought this lesson home the hard way that the government needed to put in place a swift and state of the art damage control mechanism with trained personnel to cope up with any natural disaster in future. As the recent tragedy shows that when the floods started inundating cities and villages, the government sat inactive not knowing what to do. The havoc caused by raging floods and monsoon downpour could have been minimised had the state equipped itself with state of the art rapid response mechanism. But the ruling elite whether in the government or opposition, seemed to have different priorities. In the wake of devastating earthquake 2005, our government should have focused on acquiring modern gadgets and training rescue personnel to help people in case natural tragedies struck in future. People are justified in concluding that our political parties and governments are more interested in finding ways and means to perpetuate themselves in power. They give a damn to what happens to people. A country that prides itself on being the seventh nuclear power of the world does not have the equipment to cut stones and trees as was evident during the search operations following the unfortunate air crash of Air Blue plane in the Margalla Hills.

Secondly, National Disaster Management Authority (NDMA) is the only federal agency responsible for spearheading the relief and rescue efforts and coordinating the same with the provincial governments. Given the magnitude of the flood disaster, NDMA is simply ill equipped to undertake the operations in a befitting manner. There is a dire need of upgrading the status of this Authority to make it more responsive and efficient to meet the future challenges.

Thirdly, there has been a marked lack of coordination and cooperation between the provincial and federal governments during the recent floods. This resulted in dissipation of energy, duplication of functions and wastage of resources with little output and more miseries for the suffering people.

Fourthly, despite the fact that the MET office had predicted unusual monsoon rains this year, the warning was not taken seriously by the government. Had there been a proper system of information collection, analysis and its dissemination to the relevant quarters, the damage could have been minimised. Perhaps it is not in sync with the mindset of our officialdom which believes in acting once the tragedy strikes.

Fifthly, there is a systematic flaw in the response pattern of the government. It has been well over many months since the local government system was disbanded but no elections have been held so far. The unimaginative and lousy bureaucrats continue to lord over the district governments. In the absence of a sound and efficient local government system duly represented by elected leaders of people from the grassroots, relief and rescue operations became well-nigh difficult. There was little community mobilisation. The problem would become even more critical once the rehabilitation process kicks off. Sixthly, political class once again showed that the welfare and interests of people are none of their priority. The President’s ill-timed and ill-advised trip to the UK and France to launch the political career of his son was symbolic of indifference politicians have for their electorate. Both mainstream parties resorted to ‘flood politics’ and traded blames aimed at deriving political mileage out of the human tragedy of the gigantic proportions. The occasion demanded that political parties of all hues and colours should have forgotten politics and converted their grassroots representation into a huge force of volunteers to help the people stranded in water.

Couple this disdain for the lives of common people with the criminal official inaction in Karachi, Pakistan’s financial hub. While the target killing spurred on by the murder of a local MPA was name of the game, the state was totally absent. Both federal and provincial governments chose not to intervene out of political considerations. The message sent to people was loud and clear that they matter little in the calculations of the political elite for whom capturing power at any and every cost remains the top most priority. Mmedia again played major role in exposing the follies and lack of inaction of the government. Media’s outreach to and reporting from the far-flung and unheard-of areas forced the governments to act reactively. Also contrast abysmal performance of political brigade with the rescue and relief operations carried by the Pakistan’s army, Navy and Air Force and result would be crystal clear.

Our government needs to work out concrete rehabilitation plans that may be presented to the international community. The foreign missions of Pakistan have a huge role to play in awakening the local and expatriate community to the reality of tragedy in the country, thereby urging them to come forward and contribute their bit. Above all, the government needs to deal with the questions of credibility and trust so that the money and donations could be channelised for the benefit of its end-users. The government’s belated decision of establishing a national commission to oversee the spending of aid money is a good step.

At least, it would ensure transparency and proper use of money. Once relief and rescue operations are over, the government needs to be get busy over plugging the visible lacunae in the response system and coming up with a national disaster management policy. The people of Pakistan deserve better.

(The writer is Australia-based PhD candidate)

Drugs Addiction and The Youth

 By Sahibzada Hussain Mohi-ud-Din Qadri

Drugs addiction is harmful not only for the addicted but also has negative impact on the fabric of the society. The effects of such an addiction can cause dangerous changes in the mind, body and spirit of the drug addict. The most disturbing aspect of drug addiction is that it is reaching epidemic proportions in the whole world. People in our part of the world are increasingly becoming addicted to all kinds of drugs including street drugs and prescription drugs etc.

Street drugs include cocaine, heroin and crack, marijuana and meth, while prescription drugs include those such as Valium, OxyContin, Percocet and Ritalin etc. The price of drugs can be very heavy. Simple ill-effects of such addiction include physical itchiness, coma and even premature death. On the other hand, the psychological ill effects can make a person become completely dependent on taking drugs in order to survive.

Drugs addiction is a very serious problem and even if the addict is using prescribed drugs, the ill effects can be very harmful indeed. It is, therefore, important that the government takes administrative, legal and policy measures that put an end to the menace of drug addiction. The right kind of information can help the addict avoid overdosing and it can also prevent medical-related complications.

The ill effects of addiction to drugs can be very difficult to endure, which is why the addict must be treated for their condition at the earliest. A lot of research is being done on how addiction to drugs harms people and societies. An individual that takes drugs will expect certain changes to take place in his being.

In the US, addiction to drugs is quite widespread. One study on this problem revealed that one in every five
American aged between sixteen and fifty nine had used at least one drug. What’s more is that about half (46 percent) of Americans, aged between 16 and 21, admitted having used drugs in different phases of their life. Even moreworrying is the fact that approximately twenty million people, aged above twelve years, have used illegal drugs in the US. In fact, about 1.47 percent of Americans are addicted to drugs.

North America, which includes USA and Canada and even Mexico, has a major drugs addiction problem. The problem is no less dangerous in Central America where countries such as Belize, Guatemala and Nicaragua are major centres for drug abuse.

Drugs addiction in Pakistan is no less worrisome. Though its neighbours (India, Bangladesh and Maldives as well as Nepal) all have drugs addiction issues, Pakistan is the worst affected throughout South Asia. It is, after all, home to the largest market for heroin consumption. What’s more, Pakistan is also a major exporter of heroin and in fact, approximately fifty tons of opium is illegally brought into Pakistan to produce heroin. Pakistan, Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India and even Sri Lanka are confronted with drug-related issues where a good number of people are addicted to various forms of drugs.

The worst thing about being addicted to drugs is that it is affecting the youth in every part of the world in a major way. The trouble starts among the school-going children but the problem is exacerbated with abetment by those who wish to earn money out of selling drugs. The problem among children and youth arises because of a perception that they seem to harbour the notion of their inadequacy for failing to measure up to their expectations of their elders. Nowadays it has become fashionable for the actors and singers to include tales of drugs addiction and sexual references in their music. So instead of inculcating good values in the youth, the entertainment industry isresponsible for propagating the use of drugs, which is further fuelling the addiction to drugs in the both the developed and developing world.

The youth has become the target of major drug peddlers. These peddlers sell drugs and package them as symbols of revolution and freshness but have no regard for the consequences of their actions. The youth that takes to drugs are more likely to commit suicide because of the harmful effects of the drugs they are taking. Misinformation about drugs is another reason for these deaths as the addict or user may take the drugs in wrong doses, which can then lead to a fatality.

Drugs addiction among the youth is killing them morally and socially as well as psychologically and even physically. And, drug barons are becoming increasingly wealthier by supplying these drugs that are causing untold misery.

It is time that societies and the governments took a firm stand on preventing the drug addiction through a mix of reforms. There should be a community plan that should be implemented to stop addiction to drugs. This plan must identify the specific drugs that youth are using. It should build on existing resources such as existing drug abuseprevention programs and it should also develop short-term goals relevant to proper implementation of research- based drug abuse prevention programs.

In addition, the community plan must project its long term objectives to ensure that resources are made available and in addition, the community plan must also incorporate ongoing assessments to evaluate the effectiveness of their preventive measures and strategies.

In fact, all preventive measures need to address different forms of drug abuse and addiction and should also target different types of drug abuse and addictions. It should also be tailored to address risks that are specific to certain populations or audience characteristics. It must be aimed at specific populations and at major transition points such as at middle-school level.

Unless serious measures are taken now, the very future of a large chunk of today’s youth will be severely compromised. The problem of drug addiction is too real and serious to be ignored. The governments need to involve communities and media in highlighting the perils associated with the drug addiction. Media has a responsibility tohighlight such issues with a view to educating people and building a consensus among them to forge a united stand against such scourges. The perpetrators of doom and gloom are well entrenched in the power structures and have formed transnational partnerships for their nefarious purposes. The response to deal with such an organized menace should also be concerted for effective output. It calls for sustained engagement and coordinated action among countries. Individual efforts cannot produce desired results. For long have we have turned a blind eye to such critical issues. It is now time to be responsible in our actions.

(The writer is Australia-based PhD scholar)

Music in Islam

By : Muhammad Farooq Rana
 
Islam is a natural Din (practical and complete code of life) which enjoins tolerance and moderation in everything that matters. The Holy Qur'an states explicitly:
Kuloo waishraboo wala tusrifoo innahu la yuhibbu almusrifeena.
"Eat and drink, but waste not by excess, for Allah loveth not the wasters." (7:31)

Salat (prayer), fasting, zakat (obligatory charity) and hajj (pilgrimage to Makkah) are all ritual practices of worship but these too are characterized by moderation. There are occasions when offering prayer is forbidden by Shariah. The observing of fast is tempered by sahr and iftar (having pre-dawn and post-sunset meals before and after fasting). The Shariah has imposed strict restraint on constant fasting without taking recourse to sahr and iftar at a stretch. In order to safeguard one's chastity the institution of marriage has been made compulsory so as to realize the natural urges of biological need. Spending in the cause of Allah is a laudable act but it is conditioned by limits so as to ensure a balanced approach that one may not squander away all and go himself a begging.

There are religions which preach monasticism. But Islam shows complete aversion to this practice and lays stress on familial relations with wife, children, brothers, sisters and parents. It attaches great significance to family values and interacting socially with people at large. It believes in good ethics and morality inwardly as well as outwardly in social, political, cultural, spiritual and other affairs in a beautiful manner. The Holy Prophet (saw) once said: "Nobody with an iota of pride and arrogant will enter paradise."

These words were attributed to him.
"Verily Allah is beauty and likes beauty. Pride amounts to denial of truth and looking down upon the people."

Quran has termed the braying of an ass as the harshest of all sounds. It is stated:
Inna ankara al-aswati lasawtu alhameeri.
"For the harshest of sounds without doubt is the braying of the ass." (31:19)

As contrary to this the melodious voice of Dawud (as), David, has been described as highly praise-worthy:
Inna sakhkharna aljibala maAAahu yusabbihna bialAAashiyyi waal-ishraqi. Waalttayra mahshooratan kullun lahu awwabun. Washadadna mulkahu waataynahu alhikmata wafasla alkhitabi.
"It was We that made the hills declare, in unison with him, Our Praises, at eventide and at break of day, and the birds gathered (in assemblies): all with him did turn (to Allah). We strengthened his kingdom, and gave him wisdom and sound judgment in speech and decision." (38:18-20)

It is said of David that when he recited in remembrance of Allah, the mountains joined him and he understood their rhyme and rhythm. As per Muhammad ibn Ishaq the musical voice of David made the hills and bird sing in unison with him when he recited praises in remembrance of Allah. It is also said that Allah bestowed upon him the voice that surpassed all other voices and when recited the psalm the wild beasts would come close to him so much that he could catch them by their neck. David's melodious voice which was gifted to him by his Lord proves beyond doubt that making use of good voice for songs and praises of Allah Almighty is virtuous and rewarding, there being no harm in display of skill of music and melody on joyful occasions.

This is also borne out by the Ahadith. The traditions of the Holy Prophet (saw). Rabi', the daughter of Mu'awwiz ibn 'Afra, said that the Holy Prophet (saw) came to me on the day of my wedding and seated himself on my bed just like other kith and kin. So our Ansar sisters began to play on 'Daf' (musical instrument) and sing in praises of martyrs of Badr. When one of the girls began singing in praise of the Holy Prophet (saw) he stopped her and asked to carry on singing as before.

A'isha Siddiqa narrates that a woman was married to an Ansari man. The Prophet (saw) intervening inquired of the women gathered there whether any of them knew anything of any sport or music.

A'isha Siddiqa narrates that the Holy Prophet (saw) said:
Let this 'Nikah' ceremony be pronounced loudly on 'Daf' and be held within the premises of mosque.

Playing of 'Daf' (musical instrument) and singing make difference of halal (lawful) and haram (forbidden) with regard to the legality of Nikah by publicizing it openly. Muhammad bin Hatim narrates that the Holy Prophet (saw) said:
The 'halal' is the state of lawfulness of 'Nikah' by openly publicizing it with 'Daf' and singing songs (while haram means doing it secretly and stealthily).

There are people with little knowledge of Shariah who erroneously arrange 'Nikah' silently without producing sound of 'Daf' or songs and they consider it a virtuous act. This is wrong. Virtue lies in obeying the Sunnah of the Holy Prophet (saw) observing complete silence on the occasion of marriage and rejoicing not only negates the Sunnah but it also tantamount to violation of the Sunnah as the Holy Prophet (saw) has made it a distinction between the lawful wedding and adultery. The point underlying this provision is abundantly clear that the act of marriage should be publicized so as to let the people know that the man and woman with each other are husband and wife. This purpose is best served by singing songs and playing musical instruments as per practice in vogue. Moreover expressing joy and making merry on such occasions are natural display of pleasure.

A'isha says:
I had an Ansari girl with me. I arranged her marriage. The Holy Prophet (saw) came and asked: "O A'isha! Why is there no song? This Ansari tribe has liking for singing songs on this occasion."
Ibn 'Abbas narrates the tradition that A'isha made arrangement of marriage of one of the Ansari girls related to her. The Holy Prophet (saw) came on that occasion and said: "Have you prepared the bride?" She replied in the positive and he further asked, "whether any singing girl has also been sent along to celebrate the wedding." A'isha replied in negative. At this the Holy Prophet (saw) remarks: "The Ansar people have special liking for songs. You had better send a singing girl to say that we have here come to you and may Allah grant you and us with long life. Practice of the Companions."

Aamir bin Sa'd says:
On a wedding occasion I happened to be with Qarza bin Ka'b and Abu Mas'ud Ansari and saw a party of singing girls there engaged in songs. I addressed the Ansar Companions saying: "O Companions of the Prophet, and warriors of Badr! What is this going on before you?" They replied: "This is all right if you are interested stay and listen to and if not you can leave from here as permission has been give us to sing and make merry on wedding occasions.

Another Hadith is attributed to A'isha. She says:
Allah's Apostle came to my house while two girls were singing beside me the songs of Bu'ath (a story about the war between the two tribes of the Ansar, i.e. Khazraj and Aus, before Islam.) The Prophet reclined on the bed and turned his face to the other side. Abu Bakr came and scolded me and said protestingly, "Instrument of Satan in the presence of Allah's Apostle?" Allah's Apostle turned his face towards him and said, "Leave them." When Abu Bakr became inattentive, I waved the two girls to go away and they left. It was the day of 'Id when negroes used to play with leather shields and spears. Either I requested Allah's Messenger or he himself asked me whether I would like to see the display. I replied in the affirmative. Then he let me stand behind him and my cheek was touching his cheek and he was saying, "Carry on, O Bani Arfida (i.e. negroes)!" When I got tired, he asked me if that was enough. I replied in the affirmative and he told me to leave.

Conclusion

In the light of Quranic injunctions and the sayings of the Holy Prophet (saw), it is amply clear that singing good songs, reciting healthy poetry, playing musical instruments and beating drums on the occasions of marriage and rejoicings over happy festivals do not contravene the Islamic injunctions and this has been the Sunnah of the Holy Prophet (saw) and the practice of the Companions all along. This is all but natural outburst of joy and gives genuine opportunities of making outlets of their joys and pleasure. This is also the cultural need of the people with sorrows and afflictions. Everything that according to Quran and Sunnah is commendable needs no further justification to validate the expression of legitimate feelings of joy on the part of the people.
However, some precautions and constraints must be observed positively. The excess of the limits of propriety should not be allowed and case be taken that vulgar and obscene practices are not indulged in and mixed gathering of man and woman be avoided on such occasion. Islam teaches morality and practice of moderation and balance tempered by good and virtuous acts on all occasions.

http://www.youth.com.pk/en.php 

Breaking myth about Muslim women’s education

By Sahibzada Hussain Mohi-ud-Din Qadri

Islam enjoins upon its followers both men and women to dedicate themselves fully to learning knowledge. There is an ingrained value in every Muslim, man and woman alike to pursue knowledge and to learn about God's Truth. Prophet Mohammad (P.B.U.H) advised his followers to seek knowledge from every nook and corner of the world. In keeping with this value, Muslim women are continuing to make headway in the field of science and their participation in terms of graduation ratios often surpasses that of western women in pursuing scientific degrees according to UNESCO.

Contrarily, the western media is never tired of churning out stereotypes and outdated clichés about the Muslim women. Their favourite propaganda line is that it is because of discrimination ordered by the Islam that the Muslim women lag behind in the field of education. The western mind gets swayed in favour of this kind of reasoning when it is repeated over and over, while the fact is that truth is other way round. The Islamic message, which stresses gender equity and rights for women, is often polluted by competing cultural values that have no basis in Islam scripture.

The quest for knowledge has always applied to women in Islam. God has made no difference between genders in this area. The Prophet (P.B.U.H) once said: "Seeking knowledge is a mandatory for every Muslim (male and female)." (Sahih Bukhari)

History bears witness to the fact that the Muslim women have achieved numerous excellences in the field of science and technology thereby opening ways for more exploration through their findings and dedication. But the western media does not take these contributions into account nor is it ready to offer any kind of appreciation for these women who have broken male hegemony in the field of science and technology.

The fact is that the United States falls behind six Muslim countries in the percentage of women graduating in science to the total science graduate population. The countries whose ratio of women science graduates exceeds that of the United States are Bahrain, Brunei Darussalam, Kyrgyzstan, Lebanon, Qatar and Turkey. Morocco exceeds the United States in the ratio of women engineering graduates as a percentage of the science graduate population.

Traditionally, Muslim women do not face the kind of discouragement in the sciences to the extent that their Western counterparts do, which explains why statistics show such high ratios of Muslim women graduates in science fields as a percentage to the total science graduate population. However, the fact of the matter is that instead of any religion injunctions, these are the socio-economic hurdles that apply equally to both men and women and hinder their way to advancement. These hurdles reflect themselves in the form of poverty, illiteracy, political instability and the policy of foreign powers.

Data that explains the real problem can be found by comparing the total educated populations of countries and regions of the world. A high degree of illiteracy and low levels of secondary school enrollment account for the less number of graduates in poorer countries than in the wealthier regions. In locales defined by UNESCO in their recent report, gross secondary school enrollment ratios are very low: Africa (below 40%), West Asia (below 60%), and East Asia (below 75%).

Gender inequity is a fact of life and does exist, but Islam cannot be singled out for being responsible for it nor can it be relegated to Muslim countries. Some disparaging gender gaps in higher education exist where the religion of Islam isn't even practiced by a majority of the population. For example, only 44% of people enrolled in higher education in Switzerland are women, Guatemala (43%), Rwanda (37%), Korea (36%), Bhutan (34%), Cambodia (29%) and Liechtenstein (27%).

On the other side of the coin, in Tunisia, a country where 98% of people practice Islam, there were 5% more female students enrolled than males in higher education. Malaysian women made up 55% of the enrolled population in higher education, Lebanon (54%), Jordan and Libya (51%). Bahrain even exceeded the United States in the ratio of women enrolled in higher education by 6%. If education is freedom, then it looks like Muslim women in Bahrain are more liberated than American women.

It is not Islam that threatens a woman's right to education. Rather these are the governments, which are hostile to Islam, which often set up roadblocks to prevent Muslim women from obtaining education. Both France and Turkey are guilty of this type of exclusionary persecution, all under the false guise of secularism. According to Human Rights Watch (HRW), a prestigious nongovernmental organization, these bans exclude thousands of women from institutions of higher learning each year. A 2004 HRW report states, "This restriction of women's choice of dress is discriminatory and violates their right to education, their right to freedom of thought, conscience and religion, and their right to privacy."

Despite the fact that the Muslim woman is constantly being harassed about her choice in religion and face the sustained and clichéd portrayal at the hands of the western media that ridicule her faith and demonize her culture, there exists an Islamic tradition celebrating women in science. The Muslims need to remind the world of such heroic and ground-breaking women contributions in an attempt to correct their perspectives. Today, the Islamic culture in which women are encouraged to participate, excel and lead in scientific fields continues to express itself, not only through statistical data, but in real, living, breathing and praying people. Although
these women are exceptional, they are by no means the exception to the rule.

Here we have few examples from around the world.
Professor Samira Ibrahim Islam, was nominated as a distinguished Scientist of the World For the Year 2000 by UNESCO. She made significant contributions in drug safety by defining the Saudi profile for drug metabolism. Sameena Shah, presented an innovative algorithm in computerized cognitive leaning that she and a team of colleagues developed at IIT Delhi, India. Professor Dr. Bina Shaheen Siddiqui, has made significant contributions to medicine and agriculture through her study and classification of indigenous plant materials. She has been awarded several patents for anticancer constituents and biopesticides and has written more than 250 research articles. She has been honored with several prestigious awards including the Khwarizmi International Award of Iran and Salam Prize in Chemistry.

Historic records show that women participated in science and medicine in Muslim societies. By contrast, in America, during the 1890's women could not be doctors, and yet, Muslim women doctors were seen as equals to their male counterparts hundred's of years earlier, they were even responsible for written contributions in the field. Also, women like Ijliya, an astrolab builder, were employed as skilled scientists in Muslim courts. Others made progress in pharmacology.

The data for years 2002/2003 contained in these tables describes the percentage of women graduates in science and engineering out of the total science and engineering graduate population in each country, and pertains to higher-education in science: (Statistics from the "Global Education Digest" report released from UNESCO Institute for Statistics2005)

Woman Graduates in Science
Bahrain 74%
Bangladesh 24%
Brunei Darussalam 49%
Kyrgyzstan 64%
Lebanon 47%
Qatar 71%
Turkey 44%

Compared with...
U.S. 43%
Japan 25%

Women Graduates in Engineering
Eritrea 4%
Morocco 25%

Compared with...
U.S. 19%
Japan 13%

http://www.youth.com.pk/en.php